Wednesday, July 18, 2007

Hati

Pada sebuah cerita, dikisahkan bahwa Tuhan ingin bersembunyi sementara dari umat-Nya yang tiada henti-hentinya memohon bantuan-Nya. Para malaikat banyak memberikan usul. Ada yang mengusulkan agar Tuhan bersembunyi di puncak gunung yang tertinggi, bersemayam sementara di lautan yang paling dalam dan tempat-tempat lain yang tiada mungkin dijamah dan didatangi oleh manusia. Namun Tuhan masih bimbang akan usulan-usulan tersebut, sampai akhirnya ada sebuah usulan yang sederhana: “Tuhan, bersembunyilah di hati sanubari manusia karena tempat itulah yang paling jarang didatangi oleh manusia”.

Hati disini bukanlah bermakna harfiah berupa organ yang berada dalam tubuh manusia. Hati sanubari lebih bermakna spiritual yaitu pada jiwa seseorang termasuk juga pikiran. Hati adalah cerminan sekaligus penyimpan memory dari segala perilaku dan juga perlakukan orang terhadap kita. Hati kita akan menyimpan rasa sakit apabila kita dizalimi oleh orang lain, karena itu orang menyebutnya sakit hati. Hati juga sebagai ”penjaga” segala perilaku, perkataan dan perbuatan saat kita berkehidupan sehari-hari karena itu bila kita akan berpisah dengan seseorang kita seringkali mengatakan ”hati-hati”.

Bila kita mulai mencintai seseorang akan disebut sebagai ”jatuh hati” dan apabila kita kemudian mencintainya dengan sungguh-sungguh kita akan menyebutnya dengan ”mencintai sepenuh hati”. Seorang anak yang dilahirkan dari dua orang yang saling mencintai akan disebut sebagai ”Buah hati”.

Beberapa contoh kata-kata diatas menunjukkan betapa peran hati sanubari selalu menjadi pusat dari setiap laku dan pikir kita. Hati adalah cermin. Apa yang kita lakukan terus menerus akan berpengaruh dan berbekas pada hati. Laku dan pikir yang baik akan membuat hati kita selalu bersih dan cemerlang. Sementara hal-hal tercela akan membuat hati kita selalu diselubungi oleh kabut kelam yang semakin lama semakin membuat hati kita menjadi hitam.

Hati yang hitam lambat-laun akan berkurang kepekaannya akan keindahan, kebenaran sejati dan kesucian. Dan hati yang hitam akan dengan sangat mudah dihinggapi oleh penyakit-penyakit hati. Penyakit-penyakit hati yang sering bersemayam dalam hati adalah Sombong, merasa lebih mulia, lebih pintar dan lebih baik dari orang lain. Serakah, keinginan untuk selalu menguasai dan mendapatkan lebih banyak dari orang lain serta ketiadaan keinginan untuk saling berbagi dengan orang lain. Iri dan dengki, yang selalu menyimpan rasa benci bila melihat orang lain lebih pandai, lebih baik, lebih kaya dll.

Hati adalah cermin sekaligus ”penyaring” dari apapun yang hendak kita lakukan. Bila kita terpancing untuk melakukan sesuatu kecurangan, bercermin dan bertanyalah pada hati kita. Bersih dan cemerlangnya sebuah hati sangat dipengaruhi oleh asupan ”makanan” yang kita konsumsi setiap waktu. ”Makanan” itu dapat berupa segala kejadian yang kita lihat, informasi yang kita baca, cerita yang kita dengar dan nilai-nilai spiritual yang kita yakini dan amalkan. Namun ”makanan” terbaik yang harus dikonsumsi oleh hati adalah dengan dengan sesering mungkin kita mendekatkan diri dengan mengunjungi Sang Pencipta yang selalu bersemayam di hati setiap insan.

Saya kembali teringat salah satu lagu yang sangat saya sukai yang syairnya berbicara mengenai Hati:
”Jagalah hati jangan kau kotori. Jagalah hati lentera hidup ini. Jagalah hati jangan kau nodai. Jagalah hati cahaya Illahi. Bila hati kian bersih. pikiranpun akan jernih. Semangat hidup nan gigih. Prestasi mudah diraih.”

Selamat bekerja!