Sunday, February 1, 2009

Kepompong

Hari-hari belakangan ini, Anindya putri tertua saya gemar sekali sebuah lagu unik yang dinyanyikan oleh SindenTosca. Judulnya Kepompong. Begitu dia lihat video klip lagu ini di TV, langsung saja dia ajak orang yang ada di dekatnya untuk sama-sama menyanyi. Walaupun setiap kata yang keluar dari mulut kecilnya sering tidak jelas namun dari ekspresinya jelas terlihat dia sangat menikmati lagu itu. Lagu itu, sesuai dengan judulnya menceritakan sebuah persahabatan yang diibaratkan dengan Kepompong. Namun dalam LPB ini saya tidak akan membahas mengenai lagu itu tapi pada kata: Kepompong.

Kepompong merupakan sebuah masa yang harus dilewati ketika seekor ulat akan berubah menjadi sebuah kupu-kupu yang indah. Dari seekor ulat yang mungkin ‘merugikan’ dan ‘musuh’ bagi anda penyuka tanaman, menjadi sebuah kepompong yang konsisten sekaligus pasrah dalam diamnya, sampai akhirnya menjelma menjadi sebuah kupu-kupu yang seringkali membuat takjub manusia yang memandangi keindahan sayapnya.

Ulat, seringkali dipandang sebagai seekor binatang yang menjijikkan (teman saya malah bilang mengerikan) dan hidup dari memakan dedaunan di tanaman tempat dia hidup. Karena itu ulat kerap juga dicap sebagai ‘musuh’ bagi para pecinta tanaman. Dan jika sedang tidak beruntung, manusia akan membunuhnya karena kebiasaan makannya yang merusak. Apabila sang ulat tidak punya cukup kekuatan, seekor ulatpun akan binasa saat menjadi kepompong. Bila semua proses ini bisa dilewati, maka dari sebuah kepompong akan muncul sebentuk mahluk yang sama sekali berbeda dan jauh lebih menarik.

Tapi apa yang terjadi manakala manusia ‘campur tangan’ dalam proses alam ini? Dengan dalih membantu dalam mempercepat proses metamorfosis, manusia ‘membantu’ sang ulat dengan membuka kepompong yang didalamnya sudah terdapat sebentuk kupu-kupu. Yang terjadi justru sayapnya akan menjadi lemah dan tidak mampu terbang, karena proses didalamnyalah yang menjadikan kupu-kupu itu kuat. Kupu-kupu dengan keinginannya sendiri akan mencoba menggerak-gerakkan sayapnya agar kuat dan apabila memang sudah tiba waktunya dia akan merobek kepompong itu dan terbang keluar menyebarkan keindahan pada tubuhnya.

Sama dengan kupu-kupu, kita manusia juga sebenarnya membutuhkan proses serupa untuk bisa menjadi manusia yang lebih baik. Semua perubahan kebaikan itu akan menjadi semakin indah manakala keinginan untuk berubah lebih besar karena keinginan dari dalam diri. Perubahan manusia menjadi pribadi yang lebih baik tentu tidak semudah dan sejelas proses metamorfosa ulat tadi. Karena lamanya proses seekor ulat menjadi kupu-kupu merupakan hukum alam dan telah ditetapkan oleh Pencipta. Tetapi tidak demikian dengan manusia. Hanya kita sendirilah yang bisa menetapkan kapan kita mau berubah atau tidak. Dan kita jualah yang memiliki kekuasaan penuh mengenai keputusan apakah kita mau merasakan indahnya sebuah metamorfosa ataukah ingin tetap sebagai ulat yang hanya berdiam dalam kepompongnya yang nyaman.


Tuhan menciptakan ’metamorfosa’ bagi kita dengan memberikan serangkaian kejadian-kejadian. Seringkali kita bertanya kenapa Dia membiarkan kita melalui masa-masa yang sulit dan tidak menyenangkan. Tapi Tuhan tahu jika Dia membiarkan semuanya terjadi satu per satu sesuai dengan rancanganNya, segala sesuatunya akan menjadi sempurna tepat pada waktunya. Kita hanya perlu percaya proses ini diperlukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan kita sebagai manusia.

Tuhan teramat sangat mencintai kita. Dia mengirimkan bunga setiap musim semi, sinar matahari setiap pagi dan rembulan di kala malam. Setiap saat kita ingin bicara, Dia akan mendengarkan. Dia ada setiap saat kita membutuhkanNya, Dia ada di setiap tempat, dan Dia memilih untuk berdiam di hati kita.

Ikan Sapu-Sapu

2 minggu lalu saya mengunjungi rumah salah seorang kerabat yang kebetulan rumahnya baru pindah di dekat komplek perumahan saya di Bekasi. Kerabat saya ini penggemar ikan jadi di rumahnya selalu ada kolam ikan (walau kecil) dan akuarium yang diletakkan di ruang tengah rumahnya. Ikannya pun macam-macam. Saat orang heboh dengan ikan Louhan, dibelinya beberapa jenis ikan itu. Saat orang ramai membicarakan ikan Koi, di kolamnya segera dapat kita lihat beberapa ekor ikan Koi.

Saat saya datang, akuarium yang biasanya bersih saya lihat begitu kotor. Banyak lumut tumbuh di dinding kacanya. “Ikan sapu-sapu ku mati Rif. Udah empat hari ini akuariumku nggak sempat dibersihkan”, ungkapnya saat itu. Bagi seorang penggemar ikan dan memiliki akuarium,seperti kerabat saya ini, ikan sapu-sapu berperan besar dalam membersihkan dan membebaskan kolam atau akuarium dari tempelan lumut. Dan bila begitu banyak lumut yang menempel di kaca, keindahan ikan yang ada didalam akuarium akan menjadi tak terlihat. Ikan sapu-sapu merupakan sejenis ikan yang makanannya adalah lumut yang tumbuh di kaca ataupun di batu-batuan di dalam air.

Saat Hari Minggu pagi kemarin, saya kembali mengunjungi kerabat saya selepas jalan pagi bersama istri. Begitu masuk rumahnya, pandangan mata saya langsung tertuju ke akuarium yang ada di tengah ruangan. Ada yang sangat berbeda dengan akuarium itu sekarang. Warnanya tidak lagi semu hijau tapi berubah bening sehingga dengan mudah saya dapat melihat lenggak-lenggok ikan mas koki warna-warni yang berenang didalamnya. Anindya pun langsung mendekat untuk melihat dari dekat ikan-ikan yang menarik itu.

Diantara seliweran ikan warna-warni itu saya melihat sebuah bentuk yang semula saya pikir sebuah mainan ikan-ikanan karena benda itu hanya diam di pojok dan tidak bergerak sama sekali. Saat saya tanya, kerabat saya bilang karena ikan itulah akuarium nya menjadi bersih dan lebih indah. Sejak saat itulah saya baru tahu bentuk sebuah ikan sapu-sapu! Bentuknya tidak menarik dengan warna kulitnya yang hitam terkesan kasar dan harganyapun murah. Dari penampilan yang serba tidak menarik itu ternyata Tuhan memberikan ’tugas mulia’ kepada jenis ikan tersebut untuk memberikan andil yang besar bagi sebuah keindahan ikan hias untuk dapat dinikmati. Ikan koki yang cantik dan berwarna-warni itu menjadi semakin cantik karena kaca akuarium yang bersih.

Saya kemudian berpikir betapa Maha kreatifnya Tuhan. DIA begitu cermat menciptakan semua mahluk di dunia dengan fungsinya masing-masing di dunia. Kita sebagai manusia seringkali melihat dan menilai seseorang dari penampilan fisik yang kita lihat. Bibir akan lebih mudah tersenyum saat melihat seorang bapak yang rapijali, necis dan wangi daripada seorang ibu dengan pakaian yang sederhana dengan membawa tas plastik. Manusia seringkali terjebak untuk menakar manusia lain dari apa yang terlihat melekat ditubuhnya, apa yang dia miliki dan ’predikat’ yang disandangnya.

Saya jadi teringat dengan beberapa orang ’kecil’ yang seringkali saya jumpai, seperti petugas kebersihan yang setiap hari dengan tekun dan tanpa pernah mengeluh meskipun hujan dan panas, membersihkan lingkungan perumahan termasuk jalan di depan rumah saya yang seringkali kotor oleh daun yang berjatuhan selepas hujan semalam. Seorang tukang sampah yang terlihat kotor namun dengan cekatan dan tanpa sungkan dengan bau mengangkat sampah rumah tangga yang kami buang kemarin. Saya yakin, tanpa orang-orang tersebut hidup saya akan lebih repot karena harus mengurusi kotornya halaman dan menumpuknya sampah tak terangkut.

Sudah sepatutnya kita menghargai setiap orang yang berada di sekitar kita dan terutama orang-orang yang kita sayangi. Ketika mereka masih ada, segalanya terasa biasa saja. Apa yg dilakukan mereka seolah-olah memang itu sudah kegiatan rutinnya. Padahal mungkin banyak keinginannya yg mereka korbankan demi kita. Mungkin mereka malah ikhlas untuk melupakan kebahagiannya sendiri demi kita.


Pertolongan dari Tuhan sering kali datang dari orang-orang yg tidak pernah kita sangka sebelumnya. Tuhan Maha Baik, tidak pernah membiarkan kita sendiri dalam kesulitan. Selalu dihadirkan orang-orang yg akan membantu kita, baik kita sadar atau tidak dengan keberadaan mereka.