Sunday, February 1, 2009

Berbagi Kasih

Istirahat saya di minggu siang itu terganggu oleh bunyi dering telepon. Ternyata saudara saya di Cilacap yang berada di ujung telepon. “Mas, Bu Sastro tetangga kita di Cilacap yang punya warung meninggal kemarin,” ujarnya pelan. Saya berusaha mengingat-ingat karena sudah lama sekali saya tidak update dengan lingkungan saya dulu termasuk nama dan sosok mantan tetangga-tetangga saya. Mungkin karena prosesor di kepala saya membutuhkan waktu agak lama untuk mengingat, suara diseberang terdengar lagi. Kali ini dengan nada gemas: “Itu lho masss.. yang anaknya dulu suka ngejar-ngejar layangan bareng mas di halaman SMP 3. Yang rumahnya dekat rel kereta api!”. Begitu mendengar penjelasan tersebut visual sosok Bu Sastro yang semula buram menjadi kian jelas. “O’iya..iya, aku ingat. Innanillaihi….”.

Kemudian dia mulai menceritakan ihwal musibah itu. “Aku punya perasaan nggak enak mas dengan meninggalnya beliau”. Belum sempat saya menanyakan ketidak-enakan itu dia melanjutkan, ”Soalnya terakhir kali aku ketemu dia sekitar minggu lalu aku agak judes dan membentak pada beliau. Soalnya aku sebal saat beliau layani aku di warung dia lebih sering ngobrol dengan pembeli lain. Karena itu aku jadi tambah lama dilayani padahal waktu itu aku sedang buru-buru. Nah kemarin tuh rencananya aku mau minta maaf karena aku jadi merasa bersalah karena sudah berkata ketus pada beliau tempo hari. Ehhh..tadi pagi aku dikasih tahu kalau beliau meninggal karena jantung. Lemes aku mas..aku jadi makin nggak enak hati karena nggak sempat minta maaf..”.

“Manusia berkehendak, Tuhan memutuskan”, begitu sebuah kata bijak yang saya pernah baca dalam sebuah buku. Terutama dalam soal kematian, tuntasnya kehidupan duniawi seseorang merupakan sebuah kuasa Yang Maha Memutuskan. Banyak kita dengar kepergian yang tiba-tiba. Seseorang yang paginya masih ngobrol dengan kita dan begitu siang menjelang kita mendengar kabar bahwa dia telah berpulang.

Kita tentu berharap meninggalkan kebaikan kepada semua orang yang pernah mengenal kita. Kita juga ingin setiap orang yang datang menunjukkan kedukaan di tempat pembaringan kita yang terakhir selalu mengenang pengalaman manis saat terakhir bertemu dengan kita. Orang-orang menangis karena mereka akan rindu terhadap kebaikan yang selalu kita berikan kepada mereka. Mereka juga tersenyum ketika mengingat kembali saat-saat kebaikan mereka terima dari kita, walau itu hanya sebentuk senyuman. Mereka akan rindu akan kasih yang selalu kita tebarkan ke orang-orang sekitar kita.

Perbuatan baik apapun bentuknya tidak akan pernah sia-sia karena akan berdampak mendamaikan hati siapapun yang melakukan dan menerimanya. Kadangkala kebaikan kita dibalas dengan kenyataan yang menyakitkan dan ini adalah sebuah ujian kebaikan. Apabila kita menerimanya dengan ikhlas, Insya Allah dalam waktu dekat kebaikan itu akan Allah balaskan dengan kebaikan yang berlipat kadarnya.

Janganlah waktu mengekang dan mengatur kapan kita untuk berbuat baik dan menebarkan kasih. Berbuat baik dan menebarkan kasih tidaklah selalu dengan sebuah sikap yang demonstratif. Sebuah senyuman merupakan perwujudan kasih dan salah satu hadiah terindah untuk siapapun. Kasih bisa juga kita tebarkan saat kita khusyuk berdoa dengan melafalkan harapan kebaikan untuk siapapun yang anda inginkan.

Janganlah waktu membatasi kita untuk berbagi kasih karena kita tidak tahu kapan saat Tuhan meminta kita untuk pergi. Dan sebelum semua itu terjadi pastikanlah bahwa kita selalu memberikan kebaikan setiap waktu dan saat bertemu dengan siapapun. Tutuplah hari dengan kebaikan, seolah-olah Tuhan akan memanggil kita kembali pada-Nya esok hari.

SELAMAT HARI NATAL 2009
Semoga Kasih Natal selalu bersemayam dalam hati kita

No comments: