Wednesday, May 23, 2007

Mengendalikan Tindakan

Setiap pulang kantor saya selalu melewati jalan depan Stasiun Bekasi yang sangat padat terutama pada sore hari. Kepadatan itu semakin bertambah parah karena banyak pengendara sepeda motor yang tidak mau mengalah dan cenderung mengambil badan jalan yang berlawanan. Malam itu kembali saya temui keadaan yang sama. Di depan mobil saya banyak motor yang berjalan berlawanan arah. Tanpa peduli mereka tetap melaju perlahan mengambil jalur yang salah.
Ketika mobil saya jalankan perlahan tiba-tiba dari arah depan mendadak muncul sebuah sepeda motor yang berjalan kencang dengan mengambil jalur yang salah. Karena kaget, mobil saya rem mendadak sehingga motor tersebut dapat lewat disamping mobil saya dan serempetan tidak terjadi. Mobil lain dibelakang saya yang kebetulan melihat kejadian tersebut membunyikan klakson. Terus terang saat itu saya emosional sekali dan ingin rasanya turun dan memaki-maki pengendara motor tersebut.


Saat perjalanan saya lanjutkan kembali saya mencoba meredakan emosi yang tadinya muncul. Saya kemudian membayangkan kejadiannya apabila saat itu saya turun dan mendatangi pengendara motor tersebut untuk memberi pelajaran. Saya mungkin saja bisa puas dengan melakukan itu. Tapi apa manfaatnya buat saya? Apakah hidup saya bakal lebih bahagia? Istri saya bakal lebih cinta pada saya? Atau hanya kepuasan yang sifatnya hanya sementara saja?.

Saya teringat oleh sebuah artikel menarik yang dikirimkan oleh rekan saya di kantor mengenai prinsip 90/10. Stephen Covey sebagai penggagas prinsip ini mengatakan bahwa 10% kehidupan dibuat oleh hal-hal yang terjadi pada diri kita dan 90% kehidupan ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi dan memberi respon. Kita tidak memiliki kontrol terhadap apa yang terjadi terhadap diri kita. Kita tidak dapat mencegah kemacetan di jalan, mobil yang tiba-tiba mogok, pesawat yang delay dan dalam kasus saya adalah motor yang mengambil arah yang berlawanan. Tapi yang 90% sungguh berbeda. Kita memiliki kemampuan untuk mengontrol yang 90%. Kita tidak dapat mengontrol motor yang berjalan berlawanan dan membahayakan, tapi kita dapat mengontrol bagaimana reaksi kita terhadap peristiwa tersebut.

Kalau dalam kasus saya diatas saya berkeras untuk turun dan memberi pelajaran kepada pengendara motor diatas akan sangat berbeda akhir ceritanya. Berikut kemungkinan-kemungkinannya : saya tiba di rumah akan jauh lebih lama, saya akan jadi tontonan banyak orang, lalu lintas bakal tambah macet karena saya berhenti, banyak orang yang jadi marah ke saya karena berhenti sembarangan, darah tinggi saya bisa kumat dll. Dan semua itu sebabnya hanya sederhana: karena reaksi saya terhadap sebuah kejadian.

Kita sungguh tidak memiliki kuasa terhadap kejadian-kejadian yang menimpa kita tapi kita punya kekuasaan besar untuk menentukan reaksi kita terhadapnya. Reaksi dipicu dari pikiran kita dan sekali keputusan diambil dan dilaksanakan tidak dapat kita tarik kembali. Dan apabila ternyata hasilnya tidak menyenangkan, hanya penyesalan yang akan terucap.

Stephen Covey menyebutkan beberapa cara bagaimana menerapkan prinsip 90/10 ini. Bila ada komentar negatif tentang anda, janganlah mudah terpengaruh dan langsung bereaksi. Biarkan komentar itu berhenti karena benar tidaknya komentar itu anda yang menentukan. Bila ada kejadian tidak enak menimpa anda, janganlah mengumbar emosi dengan langsung bereaksi. Pikirkan dampaknya apabila anda hendak melakukan sesuatu. Keputusan reaksi yang salah dapat menyebabkan banyak hal: anda tambah stress, kehilangan teman, anda dipersepsikan negatif oleh orang lain, sampai kehilangan pekerjaan dll.

Konsep 90/10 ini sangatlah sederhana namun kita sering alpa untuk menerapkannya dalam kehidupan kita. Bila anda ingin hidup anda lebih baik dan menyenangkan, tidak ada salahnya mulai hari ini mari kita sama-sama menerapkan prinsip 90/10 ini dalam kehidupan pribadi dan pekerjaan kita!

No comments: