Sekali waktu saya menerima email dari salah seorang rekan pembaca setia LPB dari Solo, yang menanyakan pendapat saya mengenai Karma. Mungkin anda sering mendengar kata-kata Hukum Kharma tapi bagaimana memaknainya bisa jadi kita mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Saya lebih suka menyebutnya sebagai Prinsip Memberi-Menerima (dalam artikel lain disebut sebagai Prinsip Sebab-Akibat). Dari beberapa artikel yang saya baca, Prinsip Memberi - Menerima ini sejatinya adalah inti dari kehidupan itu sendiri. Banyak contoh-contoh dalam kehidupan saya maupun orang lain yang merupakan contoh baik dari prinsip ini. Seperti yang saya dengar dari pengalaman seorang sopir taksi yang saya temui suatu siang.
Sopir taksi Blue Bird yang saya temui ini berasal dari Pool Penggilingan dan sehari sebelumnya dia mengalami sebuah kejadian yang tidak akan dia lupakan seumur hidupnya. Dia membantu seorang ibu melahirkan di dalam taksinya. “Siang itu saya lihat seorang ibu yang sedang hamil tua menyetop taksi yang ada di depan saya, tapi ternyata taksi itu tidak mau berhenti. Karena saya ada dibelakang taksi tersebut saya berhenti,” ujarnya memulai cerita. “Ternyata belum sempat turun dari taksi, di depan Rumah Sakit Persahabatan ibu tersebut melahirkan dan saya ikut bantu semampu saya”.
“Waktu saya pulang ke Pool dan cerita kepada rekan sesama sopir mereka banyak yang bilang bahwa rejeki saya akan menjadi lebih baik nantinya. Mungkin ada hubungannya atau tidak, omongan teman-teman saya di Pool ternyata benar-benar saya alami hari ini. Nggak seperti biasanya, sejak dari saya keluar pool jam 9 pagi tadi rejeki saya tidak pernah terputus. Tadi sebelum bapak naik, saya baru menurunkan penumpang di depan Stasiun Kota. Sebelumnya di depan Pool saya sudah dapat penumpang ke arah Kelapa Gading. Apa ini ya bukti bahwa Tuhan itu pasti akan membalas amal kebaikan yang dilakukan umatnya dengan kebaikan yang berlipat?”
Saya takjub dengan pengalaman yang diceritakan oleh sopir taksi ini. Saya semakin mendapat pembuktian akan kebenaran Prinsip Memberi – Menerima dalam kehidupan. Apapun yang kita Berikan kepada kehidupan, sekali waktu kita pasti akan Menerima-nya kembali. Kalau kita banyak berikan kebaikan kepada orang lain, sekali waktu kita pasti akan menerima banyak kebaikan dari orang lain juga. Sebaliknya, apabila kita menyemai hal-hal negatif pada kehidupan maka bersiaplah sekali waktu kita akan menerima buah (akibat) dari tindakan tersebut.
Bukti Prinsip Memberi – Menerima ini terpampang secara jelas dalam kehidupan sekitar kita. Petani akan menyemai benih padi dan memberi pupuk yang baik karena mereka yakin alam kelak akan memberi-kan butir-butir beras untuk dimakan. Hutan yang dengan rajin ditebangi hingga gundul, sekali waktu akan memberikan bencana banjir dan longsor kepada masyarakat disekitarnya. Bila kita mendidik anak dengan berlimpahan kasih dan cinta, maka tidak heran apabila saat si anak beranjak besar dia akan melimpahi orang tua dan orang-orang sekitarnya dengan penuh rasa cinta dan sayang juga.
Dalam dunia layanan pun tidak lepas dari prinsip ini. Sebuah perusahaan yang dapat memberikan Layanan yang baik kepada pelanggannya akan mendapatkan lebih banyak lagi pelanggan dan pelanggan akan dengan senang hati melakukan bisnis dengan kita. Bagaimana dengan pribadi kita? Sederhana saja, kalau kita ingin menerima perlakuan baik dari orang lain, kita harus juga memperlakukan orang lain dengan baik. Jadi jangan buru-buru menyalahkan orang lain apabila mereka bersikap tidak menyenangkan terhadap anda karena siapa tahu anda sendiri yang menunjukkan sikap tidak menyenangkan pada mereka.
Prinsip ini bekerja atas dasar kesadaran atau niat yang mendasari sebuah tindakan dan tidak bekerja atas dasar “ketidaksengajaan”, misal: tidur, jalan, tidak sengaja menginjak kaki orang,dll. Tidak ada seseorang pun yang menentukan ‘penghargaan maupun hukuman’ untuk apa yang kita lakukan. Kita menciptakan sebab-sebab dari tindakan kita, dan kita jualah yang akan mengalami akibatnya. Kitalah yang bertanggung jawab atas kehendak dan tindakan kita sendiri.
Dalam sebuah tulisan disebutkan bahwa Buddha mengajarkan: “Sesuai dengan yang ditanam. itulah yang akan dipetik, Begitu juga dengan buah yang terima. Pembuat kebajikan akan mendapatkan hasil yang menyenangkan, Pembuat kejahatan akan memetik hasil yang menyedihkan. Jika kau tanam benih-benih kebajikan dengan baik, Maka kau akan menikmati buah-buah kebahagiaan”.
Wednesday, May 23, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment