Suatu malam beberapa bulan yang lalu, istri saya yang saat itu tengah hamil tua pulang menggunakan taksi Blue Bird dari kantornya di Pluit. Selama perjalanan Pak Turyadi sopir Blue Bird tersebut sangat sopan dalam berbicara dan sangat mengerti bahwa penumpangnya kali ini adalah seorang ibu hamil sehingga dia berhati-hati dalam mengemudi. Sesampainya di rumah, istri saya memberikan ongkos ditambah dengan tip sebesar Rp.90,000. Saya kebetulan yang menjemputnya di pintu pagar melihat Pak Turyadi membantu membukakan pintu agar istri saya tidak repot untuk keluar. Saya surprise dengan tindakan bapak tersebut dan saya mengucapkan banyak terima kasih karena telah mengantarkan istri saya. Pak Turyadi tersenyum kemudian kembali masuk ke mobil dan pergi.
20 menit kemudian saya dengar ada seseorang memencet bel pintu rumah dan saya lihat kembali Pak Turyadi tapi kali ini disertai dengan pembantu rumah sebelah. Karena bingung saya bertanya ada apa dan saya kira istri saya kurang dalam memberikan ongkos. Ternyata sebaliknya, Pak Turyadi berkata,” Maaf Pak saya mengganggu, saya mau mengembalikan uang ibu karena tadi ibu memberikan uang ongkos taksi kelebihan”. Kemudian saya tanyakan berapa istri saya membayar kepada sopir tersebut dan berapa kelebihannya.”Tadi ibu memberi ke saya Rp.450,000 sedangkan ongkosnya sekitar Rp.86,300, jadi pembayaran ibu kelebihan Rp.363,700 dan saya mau mengembalikan kelebihan uang tersebut”.
Saya seakan tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi. Seseorang datang hendak mengembalikan uang yang kita sendiri tidak tahu bahwa uang yang kita berikan ternyata kelebihan. Ternyata istri saya keliru memberikan uang, pecahan Rp.10,000 dan Rp.100,000an akan kelihatan serupa dalam kegelapan dan saat itu istri saya memberikan 1 lembar Rp.50,000 dan 4 lembar Rp.100,000. Kemudian saya ajak pak Turyadi masuk untuk sekedar mengobrol. Dia bercerita sehabis mengantarkan istri saya dia berniat untuk langsung pulang ke pool di Kramat djati karena hari sudah cukup malam dan diperkirakan sudah cukup uang yang didapat malam itu. Kemudian dia menceritakan apa yang terjadi..
“Sambil beristirahat saya menghitung uang yang sudah saya dapat pada satu hari ini. Pada saat saya mengambil uang yang ada di saku baju (ongkos penumpang terakhir-istri saya) saya kaget kenapa bisa ada uang segini banyak dikantong (Rp.450,000). Kemudian saya ingat uang disaku baju itu adalah ongkos pemberian dari ibu. Saat itu juga langsung saya berniat untuk mengembalikan mumpung hari belum larut malam. Tapi masalahnya saya lupa arah rumah ibu, saya hanya ingat dibelokan saya lihat ada sekolah TK. Saat saya mondar-mandir itulah saya ditanya oleh pembantu rumah sebelah yang mungkin melihat saya mondar-mandir terus. Saat saya bilang saya mau cari rumah penumpang saya ibu hamil yang rumahnya sekitar sini dia langsung tahu dan membantu saya untuk sampai disini. Dan ternyata benar..”
Saya terus terang terharu dengan kejujuran dan ketulusan Pak Turyadi ini. Kemudian saya tanya kenapa bapak tidak ambil saja uang itu, karena toh kami juga tidak tahu kalau kami kebanyakan dalam membayar. Jawabnya,” Pak, saya yakin bahwa itu bukanlah rejeki saya. Hari ini rejeki saya sudah dicukupkan oleh Tuhan dan saya tidak mau mengambil yang bukan hak saya karena kalau saya ambil akan membebani saya dan pasti tidak membawa kebaikan”. Istri saya yang sedari tadi termangu mendengarkan mulai menitikkan airmata, sayapun terharu mendengar penjelasan itu.
Kami terharu sekaligus berterima kasih karena kami sedang ditunjukkan oleh yang Maha Tinggi bukti nyata bahwa kejujuran masihlah menjadi hal yang terbaik dan terindah yang dapat menjadikan hidup kita lebih bermakna. Pembelajaran yang langsung menghujam kedalam benak kami. Dalam kehidupan kota besar yang serba cepat, sibuk dan individualistis akan dapat membuat rohani kita menjadi kering dan kejadian seperti ini selaksa siraman rohani yang menyejukkan hati.
Pak Turyadi, lelaki kurus dengan sebagian besar rambut yang mulai memutih seolah dikirimkan oleh Yang Maha Agung untuk memberikan dan menunjukkan pelajaran yang sangat berharga tentang kejujuran. Kejujuran yang selayaknya menjadi prioritas utama untuk diterapkan dalam hidup dan pekerjaan kita.
Monday, May 14, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment