Monday, June 18, 2007

Berikan Maaf Dengan Segera!

Suatu malam saya mendapat telepon dari saudara saya dari luar kota. Diawali dengan basa-basi menanyakan kabar dan keluarga kemudian sampai pada tujuan utama: curhat. Dia merasa kesal dengan perlakuan adik iparnya yang seolah-olah bertindak tidak adil terhadap bapak mertuanya (bapaknya saudara saya) yang tinggal satu rumah dengan si adik ipar itu. Dia kesal dengan perlakuan yang menurutnya tidak adil, lebih kesal lagi karena adiknya yang menjadi suami dari adik ipar tersebut ternyata tidak berbuat banyak untuk merubah sikap sang adik ipar.

“Sakit hati rasanya mas kalau dengar cerita dari saudara yang lain mengenai perlakuan adik iparku itu”, ujarnya dengan ketus. “Aku sepertinya susah untuk memaafkan perlakuan dia terhadap bapak selama ini”. Saya yang mendengar limpahan curhatnya hanya bisa merespon sewajarnya karena saya sendiri tidak tahu bagaimana permasalahan sebenarnya.

Memang banyak kejadian yang dengan mudah memancing emosi amarah kita. Kita bisa marah karena orang lain tidak berlaku seperti apa yang kita hendaki. Kita bisa marah karena dunia seolah berjalan tidak mengikuti apa mau kita. Kita marah pada tukang ojek yang dengan seenaknya mengambil jalan kita dll. Kadang kita juga marah karena orang lain yang berlaku apa adanya dan seolah (atau memang sebenarnya) tidak tahu bahwa kita benci kepadanya. Akibat kemarahan itu kita dengan sadar menimbun amarah dalam otak kita berhari-hari, bahkan bertahun-tahun.

Otak ibarat tubuh itu sendiri, yang perlu dengan kontinu diberi asupan gizi yang sehat dan seimbang agar otak selalu bertumbuh dan bekerja dengan baik. Makanan bagi otak kita adalah apapun yang kita pikirkan: kebencian, amarah, syukur, positif, optimis dll. Benci, iri dan marah ibarat makanan “beracun” bagi pikiran kita karena dia sanggup mematikan rasa optimis, cinta kasih dan toleransi terhadap orang lain. Apabila “makanan beracun” ini selalu dikonsumsi dalam dosis yang tetap bahkan meningkat akan merusak dan mempengaruhi tubuh yang lain. Ia akan mempengaruhi peredaran darah, sistem immun, meningkatnya tekanan jantung dll.

Kemarahan yang terpendam disinyalir merupakan penyebab dari pelbagai penyakit seperti pusing, migrain, sakit leher, pinggang, insomnia, ketakutan dan yang lebih ekstrem lagi adalah timbulnya depresi. Kemarahan ini akan menetap karena kita sebagai manusia punya kecenderungan untuk senantiasa melakukan satu hal: ‘Enggan untuk meMAAFkan orang lain!’

Untuk mencapai kebahagiaan kehidupan kita perlu mengubah cara pandang kita karena sumber kebahagiaan ada dalam diri kita sendiri, bukan diluar. Jangan sampai sikap orang lain dapat mempengaruhi kebahagiaan kita. Untuk bisa melakukan ini kuncinya hanya satu yaitu berusaha untuk memaafkan. Memaafkan orang lain sebenarnya bukanlah untuk kebaikan orang tersebut, tetapi untuk kebaikan kita sendiri.

Mempraktekkan konsep memaafkan akan membuat hidup lebih ringan. Perbuatan memaafkan pasti menyembuhkan siapa saja yang rela memaafkan. Ia bagai melepaskan beban berat dari pundak kita. Memaafkan bukan hanya pada sikap orang lain tapi juga memaafkan pada masa lalu kita yang selama ini kita rasakan menghalangi perkembangan jiwa anda.

Percayalah selalu akan hukum keseimbangan alam, dimana berlaku: siapa yang menabur benih, suatu saat dia akan juga menuai. Kalau ada seseorang yang memperlakukan saya dengan tidak baik (menzalimi), saya malah merasa kasihan karena sebenarnya orang tersebut sebenarnya sedang menzalimi dirinya sendiri. Suatu ketika dia akan juga dizalimi oleh orang lain, itulah hukum keseimbangan alam. Segeralah maafkan, Tuhan saja Maha Memaafkan dan Pengampun terhadap ciptaan-Nya.

Mahatma Gandhi pernah berujar: “Memaafkan bukan menunjukkan bahwa kita lemah, namun sebaliknya Memaafkan merupakan bukti bahwa kita adalah orang yang kuat”. Karena ternyata memaafkan orang lain dengan ikhlas dan tulus adalah suatu sikap yang sulit untuk dilakukan.

No comments: