Salah satu hal yang paling mengganggu setiap kali saya pulang kantor dengan menggunakan KRL Patas Bekasi adalah kedatangannya yang selalu tidak pasti. Kalau suatu hari KRL tersebut datang dan berangkat tepat waktu, akan banyak penggemar setia KRL tersebut menggumamkan satu kalimat: “hmm..tumben tepat”.
Sore itu kembali (seperti biasa) kereta favorite saya tersebut terlambat datang. Istri saya yang sejak hamil selalu pulang bareng saya naik kereta mulai gelisah. Berkali-kali terdengar keluhnya: “sampai dimana sih kereta-nya, kok lama banget?”. Saya yang berulangkali mendapat keluhan seperti itu menjadi terpengaruh apalagi saya juga sebenarnya ada janji untuk bertemu dengan teman saya di rumah. Untuk memastikan waktu kedatangan, beberapa kali saya tanyakan posisi KRL ke bagian informasi perjalanan kereta. Semakin lama menunggu dalam ketidak pastian, saya menjadi semakin gelisah.
Kejadian yang saya alami diatas menunjukkan sebuah ketidaksabaran yang berwujud. Kesabaran merupakan sebuah keadaan dimana badan dan pikiran kita berada di satu tempat. Sewaktu saya tidak sabar dalam menunggu kereta, badan saya ada di stasiun namun pikiran saya sudah ada di rumah. Karena tidak menyatu-nya 2 hal ini dapat menyebabkan kegelisahan dan kehilangan kesabaran. Mungkin akan beda hasilnya apabila saat itu saya lebih tenang dengan menikmati semua yang saya lihat dan alami di stasiun itu dan sambil menunggu kereta datang saya bisa beritahu teman saya untuk mengatur jadwal pertemuan kembali.
Selama ini Sabar sering diidentikkan bersedia dalam posisi menderita, mengalah dan seterusnya. Kalau budhe saya selalu bilang “yo wis sing sabar wae” sambil mengurut dada. Sewaktu rekan kerja saya putus hubungan dengan tunangannya, rekan kerja yang lain datang sambil berkata,”Ya sudah Jeng, sabar aja dengan cobaan ini. Toh laki-laki bukan dia ajaaa..”. Atau sewaktu saudara saya diperlakukan tidak menyenangkan oleh iparnya, saudara yang lain berkata,” Sabar aja, nanti biar Tuhan yang akan membalas perbuatannya”.
Kalimat-kalimat diatas seringkali kita dengar dan mungkin juga sering kita ucapkan. Semua kalimat itu bukan kalimat yang salah, namun memaknai-nya seringkali tidak benar. Seakan-akan sabar adalah sikap yang harus ditunjukkan ketika penderitaan datang. Karena itu tidak heran kalau budhe saya selalu mengurut dada sebagai pelengkap kata sabar yang diucapkan. Ekspresi dan pemahaman seperti inilah yang kian lama kian mengaburkan makna Sabar yang sebenarnya. Padahal ke-Sabar-an adalah salah satu rahasia terpenting untuk menikmati hidup. Kalau kita sabar kita akan benar-benar bisa menikmati setiap detik hidup kita baik dalam kesukaan maupun kedukaan.
Menyatukan badan dan pikiran adalah makna sejati sebuah ke-Sabar-an. Faktor penentu lain adalah Kesadaran. Sadarilah sepenuhnya apa yang sedang kita alami. Rasakanlah saat anda sedang menunggu kereta atau bis yang terlambat. Rasakanlah ketika anda sedang menghadapi nasabah, saat anda berbicara dengan mereka dan membantu mereka memproses transaksi. Nikmatilah dengan sepenuh hati musik yang anda sukai dan nikmatilah wajah anak anda ketika mereka tidur. Nikmatilah setiap apapun yang anda lakukan. Dengan Kesadaran dan menyatunya badan serta pikiran akan menumbuhkan kesabaran dalam pikiran kita dan selain itu kita juga akan merasa lebih rileks.
Kesabaran juga berarti pemahaman kita bahwa sesuatu itu terjadi melalui sebuah proses dan kita bersedia untuk menjalani proses-nya satu persatu. Sewaktu di stasiun pikiran saya merasa ingin bahwa badan ini langsung berada di rumah untuk bertemu anak saya dan kemudian bertemu dengan teman sesuai waktu semula, tanpa melalui proses menunggu kereta datang, kereta jalan, sampai stasiun Bekasi ambil motor, perjalan Stasiun ke rumah dan akhirnya sampai dirumah. Ketidak sabaran membuat pikiran tidak menerima kenyataan bahwa semua perlu melalui proses.
Kesabaran juga berarti pemahaman kita bahwa sesuatu itu terjadi melalui sebuah proses dan kita bersedia untuk menjalani proses-nya satu persatu. Sewaktu di stasiun pikiran saya merasa ingin bahwa badan ini langsung berada di rumah untuk bertemu anak saya dan kemudian bertemu dengan teman sesuai waktu semula, tanpa melalui proses menunggu kereta datang, kereta jalan, sampai stasiun Bekasi ambil motor, perjalanan Stasiun ke rumah dan akhirnya sampai dirumah. Ketidak sabaran membuat pikiran tidak menerima kenyataan bahwa semua tujuan perlu melalui berbagai proses.
Karena itu, marilah kita lapangkan dada untuk dapat lebih bersabar. Janganlah mengurut dada karena kesabaran adalah sebuah kenikmatan dan bukannya penderitaan. Apapun profesi dan pekerjaan anda, keberhasilan merupakan juga buah dari kesabaran. Saya selalu ingat guru agama saya dulu selalu bilang bahwa:
“Sesungguhnya Tuhan bersama orang-orang yang Sabar”.
Wednesday, September 12, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment