Friday, November 30, 2007

Terpaksa

Saya memiliki teman yang dulunya adalah perokok berat. Lebih dari 1 bungkus bisa dia habiskan dalam 1 hari terutama apabila dia sedang banyak pekerjaan yang mengharuskan dia melewatkan malam di kantor. Minggu lalu saat bertemu saya lihat ada perbedaan pada penampilannya, dia tidak membawa rokok yang biasanya selalu ada dikantongnya. “Gua tersiksa banget beberapa hari ini. Mulut gua rasanya asam banget dan pengen banget merokok. Tapi karena gua udah janji sama istri untuk tidak merokok lagi makanya terpaksa gua tahan aja,”ujarnya sambil meringis.

Suatu pekerjaan atau tindakan yang dilakukan dengan terpaksa tentu tidak menyenangkan bagi pelaku seperti teman saya tadi. Sejenak dapat kita renungkan bahwa hampir semua tindakan awalnya tidak diinginkan atau pekerjaan yang dilakukan dalam kehidupan sehari hari berawal dari sebuah keterpaksaan. Suatu pekerjaan atau tindakan yang menjadi rutinitas adalah merupakan hal biasa dan kurang berpengaruh terhadap kepuasan pelaku. Dan suatu pekerjaan atau tindakan yang dilakukan karena kesenangan/hobi pasti akan menimbulkan kepuasan tersendiri bagi pelaku meskipun tindakan yang dilakukan adalah sama. Penyanyi misalnya, walaupun mungkin harus setiap hari menyanyi namun dia tetap senang karena itu adalah kesenangan/ hobinya.

Peraturan lalulintas saat pertama kali adanya keharusan memakai sabuk pengaman sewaktu mengemudi mobil atau mengenakan helm saat mengendarai sepeda motor. Bagaimana reaksi masyarakat pada umumnya ? bermacam komentar, repot, tidak praktis, terpaksa karena takut ditilang dan sebagainya. Mengapa sekarang hal tersebut dapat dilakukan dengan kesadaran bahkan kadang dilakukan secara spontan? Karena kita sudah menjadi terbiasa. Apabila kita mencoba untuk mencari tindakan yang awalnya tidak didasari keterpaksaan, mungkin akan sulit menemukan jawabnya. Mengapa? karena semuanya sudah menjadi kebiasaan sehingga keterpaksaan itu tidak terasa lagi.

Bagaimana dengan tugas sehari-hari? mulai dari memakai seragam, datang ke kantor, mengerjakan tugas, mentaati peraturan dan kebijakan sampai menerima gaji . Melakukan penyesuaian dan membiasakan dengan lingkungan, pekerjaan dan peraturan baru yang berkesinambungan sesuai dengan perkembangan. Belum pernah ada perusahaan yang tidak pernah melakukan perubahan dalam menjalankan usahanya baik manajemen, peraturan, struktur organisasi ataupun produk usaha. Dan setiap perubahan yang ada pasti bertujuan untuk menjadikan perusahaan lebih baik, baik untuk perusahaan, pemilik, karyawan dan konsumen. Apakah semuanya pada awalnya tidak kita lakukan dengan terpaksa? tentunya masing masing pelaku mempunyai argumen sendiri-sendiri.

Memang tidak dapat dikatakan mudah untuk merubah keterpaksaan menjadi sebuah kebiasaan, apalagi terhadap sesuatu yang awalnya belum pernah dilakukan dan asing. Sama halnya dengan perokok yang ingin berhenti merokok, dia tidak akan dapat berhenti merokok kecuali memaksakan diri untuk berhenti, karena tidak ada obat atau alat apapun yang dapat menjadikan perokok berhenti merokok kecuali keinginan yang kuat dari diri sendiri.

Dalam Layanan juga sama, pada awalnya canggung untuk senyum, menyapa dan melayani nasabah dengan baik. Bahkan banyak yang menjadi enggan karena merasa hal itu adalah beban. Memang akan menjadi beban karena dalam pikiran kita sudah tertanam bahwa kegiatan itu merupakan kerja tambahan yang tidak perlu. Hal itu yang kalaupun dilakukan pasti dengan kondisi terpaksa. Keterpaksaan akan terlihat oleh orang lain dan disadari atau tidak akan semakin memberatkan pelakunya.

Barangkali ada salah satu cara untuk dapat merubah keterpaksaan menjadi kebiasaan, yaitu Ikhlas dan Bersyukur. Paksa diri kita untuk melakukannya, insya Allah kita akan dapat menerima dan menikmati pekerjaan dan penerimaan tanpa keluhan. Ikhlas dan Bersyukur juga dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dan introspektif. Memang tidak semudah teori untuk melakukannya. Tetapi semua orang pasti merasa sudah berusaha untuk berbuat dan berubah menjadi yang terbaik untuk dirinya dan orang lain.

Ingat saat anda atau anak anda pertama kali belajar naik sepeda. Awalnya hanya satu dua kayuhan, jatuh dan kita bangun lagi untuk melanjutkan dengan kayuhan-kayuhan berikutnya sampai akhirnya kita menjadi bisa dan terbiasa. Perubahan akan mudah diraih apabila ada tekad diri. Jangan terlalu lama terpaku dalam keraguan, mulailah dari hal yang kecil, mulai dari diri sendiri, dan mulailah dari sekarang!

No comments: