Di komplek perumahan saya terasa ada yang berbeda dengan hari-hari lain. Terdapat keriuhan di lapangan olah raga, terutama pada saat sabtu dan minggu dimana beberapa pertandingan olah raga diadakan. Di depan setiap rumah, para tetangga sudah mulai memasang bendera pertanda ada perayaan yang akan dijelang: Kemerdekaan Negara kita!
Kemerdekaan identik dengan kondisi yang bebas dan terlepas dari sebuah belenggu, keterikatan dan ketergantungan pada sesuatu dan mulai menentukan keinginan secara mandiri. Kemerdekaan paling mudah diperlihatkan dengan terlepasnya ketergantungan secara fisik. Padahal hakekat sebenarnya dari kemerdekaan adalah meliputi dimensi yang lain juga yaitu, secara mental dan emosional. Banyak artikel di Koran, majalah maupun jurnal-jurnal yang menuliskan bahwa sudah waktunya kita menjadi manusia yang Merdeka. Pertanyaannya sekarang adalah: Apakah anda sudah merasa Merdeka? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita telaah lebih lanjut tentang diri kita.
Dikatakan bahwa kemerdekaan adalah lepasnya terhadap sebuah ketergantungan. Ketergantung yang paling terlihat adalah pada apa-apa yang kita miliki. Banyak orang yang meletakkan kebahagiaan hidup pada benda-benda yang mereka sudah dan akan miliki. Kita sering merasa bahagia karena memiliki mobil baru, rumah baru atau jabatan yang baru. Bahkan seorang teman pernah terucap bahwa dia dan keluarga akan bisa bahagia kalau sudah mampu beli mobil. Sejatinya, hal-hal tersebut adalah sekedar pelengkap dan sekali waktu kita bisa saja kehilangan. Kita akan menjadi kehilangan pegangan dan keriaan manakala segala milik kita tersebut tidak lagi kita miliki. Karena itu janganlah menggantungkan asa kita pada apa yang kita miliki. Ini bukan berarti bahwa kita tidak boleh mensyukuri dan mencintai apa yang sudah kita miliki, sama sekali tidak. Tetaplah berusaha mencari dan memiliki sesuatu namun janganlah kemudian meletakkan kebahagiaan kita disana. Intinya adalah boleh untuk “memiliki” namun jangan sampai “dimiliki” oleh hal-hal tersebut.
Kemerdekaan secara mental dan emosional adalah hal yang tersulit. Masing-masing dari kita sebenarnya memiliki “remote control” kehidupan. Dimana pada saat kita menekan tombol “Happy” pada remote control tersebut kita akan serta merta merasa gembira dan sebaliknya. Namun disadari atau tidak, banyak dari kita yang “remote control” kehidupannya dikendalikan oleh orang lain. Orang berbuat tidak menyenangkan akan membuat kita emosi, marah dan bahkan mendendam. Meskipun orang yang berbuat tersebut tidak sadar bahwa dirinya telah melakukan kesalahan namun pikiran kita telah teracuni oleh amarah.
Orang memberikan pujian kepada kita akan membuat kita senang. Apabila pekerjaan kita dikritik, kita akan sedih dan atau malah kehilangan percaya diri. Orang membantah pendapat yang kita utarakan, kita marah dan sakit hati. Begitu banyak bukti bahwa banyak hal diluar kita yang mengendalikan sikap, perasaan dan pikiran kita. Ini juga berarti kita membiarkan orang lain untuk bisa sekehendak hati menekan-nekan tombol “remote control” kehidupan kita. Kita masih tergantung pada orang lain untuk menentukan apakah kita bahagia atau tidak.
Kita adalah tuan atas diri kita sendiri dan kita jugalah yang menentukan apakah kita bahagia atau tidak. Bukannya orang lain atau bahkan benda-benda yang kita miliki. Kemerdekaan juga berarti bahwa kita dapat mengendalikan perasaan kita, bukan sebaliknya.
MERDEKA !
Wednesday, August 15, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment