Friday, August 29, 2008

Investasi Kebaikan

Beberapa minggu belakangan HP saya seringkali berdering dan si penelepon selalu menawarkan beberapa produk investasi dengan iming-iming return yang bagus bahkan ada yang terdengar fantastis. Karena memang pada dasarnya saya tipe orang yang ‘konvensional’ dalam soal investasi, penawaran menggiurkan itu selalu saja saya tampik.

Investasi menurut pengertian secara umum diartikan sebagai ‘pengorbanan’ dimasa sekarang untuk mendapatkan sesuatu (baca: keuntungan) dimasa datang dengan harapan yang lebih baik. Atau dalam bahasa yang ilmiah investasi merupakan komitmen untuk mengikatkan aset saat ini untuk beberapa periode waktu ke masa depan guna mendapatkan hasil yang mampu mengkompensasikan pengorbanannya. ‘Pengorbanan’ dalam hal ini berarti kita merelakan sebagian dari materi kita keluarkan untuk keuntungan di masa depan.

Kalau untuk investasi materi banyak dari kita getol melakukannya bahkan mungkin untuk beberapa instrumen investasi seperti saham, asuransi dll. Tapi apakah anda pernah berfikir juga untuk ber-investasi bukan saja untuk masa depan tapi lebih jauh lagi: kehidupan setelah kehidupan yang kita jalani sekarang. Investasi jenis ini tidak menyertakan materi di dalamnya tapi membutuhkan keikhlasan dalam pelaksanaannya: investasi pada kebaikan.


Berbuat kebaikan adalah investasi yang return-nya bisa dalam waktu dekat atau di masa mendatang. Bahkan bisa lintas generasi yang terjadi sekian puluh tahun kemudian. Tak ada satu kebaikan pun yang dilepaskan akan menjadi sia-sia. Mungkin saja kebaikan yang kita lakukan seolah-olah nampak sia-sia bagi pandangan orang lain, tapi yakinlah bahwa itu tidak sia-sia bagi Allah. Bahkan hal ini secara tegas dijamin oleh Allah sebagaimana telah disampaikan dalam kitab suci-Nya bahwa Tuhan akan menggandakan berlipat-lipat, kepada setiap manusia yang melepaskan kebaikan dengan ikhlas.

Salah seorang rekan saya di SQUAD minggu lalu menerima kiriman paket di rumahnya. Bungkusan itu dikirim dengan tanpa tercantum nama si pengirim. Setelah paket dibuka isinya ternyata dompetnya yang hilang 4 bulan yang lalu dan anehnya lagi tidak ada selembarpun dokumen atau uang yang hilang dari dompet itu! Luar biasa! Teman saya ingin sekali mengucapkan terima kasih tapi tidak tahu harus berterima kasih kepada siapa. Yang bisa dilakukan adalah menulis surat pembaca di surat kabar dan menyatakan terima kasih kepada siapapun yang telah berbuat mulia dengan mengembalikan dompet itu utuh.

Saat itu saya berfikir ini adalah salah satu bukti bahwa investasi kebaikan apapun yang telah dilakukan oleh teman saya salah satunya telah berbuah minggu lalu, dirinya menerima kembali kebaikan dari seseorang yang tidak dia ketahui.

Sayangnya meskipun seringkali kita diperlihatkan bukti-bukti yang diberikan kehidupan kepada mereka yang banyak melakukan kebaikan, masih saja banyak orang senang menunda-nunda untuk melakukan kebaikan. Mengapa demikian ? Hal ini disebabkan oleh banyaknya godaan, baik dari dalam diri kita sendiri, maupun dari lingkungan sekitar. Godaan ini kerap kali membuat orang yang hendak berbuat baik terhalang, menunda, hingga akhirnya tidak sempat berbuat baik. Padahal menunda kebaikan berarti membuang waktu, usia dan kesempatan mulia yang telah diberikan Allah.

Pintu-pintu untuk meraih kebaikan itu sesungguhnya sangat banyak dan tersebar dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan mulai dari yang sangat sederhana sampai dengan yang lebih tinggi nilainya, terbuka lebar bagi siapa saja yang bersedia menjemputnya. Diantaranya adalah memberikan senyuman dan menyapa orang lain, bertutur kata baik, ikhlas membantu dll. Semua hal-hal sederhana itu termasuk pintu-pintu kebaikan. Pintu-pintu kebaikan seperti ini kalau kita lakukan dengan keikhlasan merupakan sebuah potensi investasi yang pasti akan dikembalikan kepada kita dengan jumlah berlipat. Hal itu semua merupakan potensi untuk menjaga kejernihan suara hati, sehingga cahayanya dapat memancar dalam kehidupan.

Mereka yang telah melakukan tindakan-tindakan positif dan kebaikan bagi sesama akan merasakan “buah”nya seketika itu dalam jiwa, akhlak, dan hati nuraninya. Sehingga hatinya akan terjaga kejernihannya. Hidup akan terasa lebih mudah, tenang, tenteram dan damai di hati. Bukankah itu yang kita cari dalam kehidupan ini?

No comments: