Sebuah sms masuk ke handphone saya minggu lalu, sms itu mengabarkan sebuah berita duka atas meninggalnya salah seorang mantan dosen saya di saat kuliah di Yogya. Berita duka ini patut disampaikan karena beliau adalah salah seorang dosen yang kami sayangi sekaligus dihormati karena keilmuwannya. Seminggu sebelumnya saya juga mendapat kabar mengenai meninggalnya salah seorang kerabat jauh keluarga istri saya yang tinggal di luar kota. Kedua kabar duka cita ini kembali menyadarkan saya akan sebuah kenyataan hidup yakni kehilangan.
Kematian adalah salah satu bentuk kehilangan yang mungkin merupakan satu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan kita. Kematian orang yang kita kenal, apalagi kerabat dekat menyadarkan kita akan arti hidup ini. Kematian menyadarkan kita akan betapa singkatnya hidup. Padahal selama hidup kita seringkali mempermasalahkan hal-hal sepele, terpaku pada hal-hal duniawi dan menimbun materi yang tidak berkesudahan.
Hidup seringkali kita anggap sebagai sebuah rutinitas yang harus dijalani. Hidup juga seringkali menipu dan meninabobokan orang. Agar tidak terjebak dalam keterlenaan kita harus sadar mengenai siapa diri kita sebenarnya, darimana kita berasal dan hendak kemana kita akan pergi. Untuk itu kita perlu memberi waktu untuk diri sendiri dan keluar dari rutinitas kesibukan duniawi dengan melakukan perjalanan kedalam diri kita.
Seorang filsuf Perancis Teilhard de Chardin mengatakan bahwa ”kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, sebaliknya kita adalah mahluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi”. Karena itu kita disebut juga sebagai ”mahluk langit”. Kita adalah mahluk spiritual yang sedang menempati kehidupan ragawi di dunia. Tubuh yang kita miliki saat ini adalah rumah sementara bagi sang jiwa karena tubuh merupakan salah satu syarat untuk bisa hidup di dunia. Tubuh lambat laun menua, rusak dan akhirnya tak dapat digunakan lagi. Moment itulah yang disebut sebagai ”meninggal dunia” dan jiwa kita akan pergi menuju ”kehidupan” yang lain.
”Urip kuwi mung mampir ngombe” kata orang jawa, hidup itu hanya mampir untuk minum saja. Kalimat ini bermakna bahwa hidup hanya sebentar sebelum memasuki kehidupan selanjutnya. Tapi sayangnya kalimat penuh makna ini sering kita abaikan dan kita kembali senantiasa menyakiti hati orang lain, mengambil yang bukan hak kita, bermalas-malasan, berkeluh kesah dan menutup mata terhadap indahnya kebenaran.
Saya ingin mengajak Anda untuk membayangkan suatu hari yang pasti kelak akan Anda alami. Pada hari itu Anda melihat diri Anda sendiri sedang terbaring tenang di tengah ruangan dengan dikelilingi oleh sanak saudara, kerabat, rekan kerja dan tetangga rumah Anda. Hari itu adalah hari pemakaman Anda. Hari itu, mereka yang mengelilingi Anda datang dengan berbagai kenangan tersendiri tentang diri Anda. Sebelum jenasah Anda dibawa untuk dimakamkan, beberapa orang diminta untuk mengungkapkan perasaan dan kenangannya tentang diri Anda. Menurut Anda, apa yang ingin Anda dengar pendapat mereka tentang Anda selama masih hidup? Orang tua macam apakah Anda? Suami/ Istri macam apakah Anda? Rekan kerja macam apa? Ipar macam apa? Tetangga macam apakah Anda?
Apapun yang mereka katakan saat itu sangat tergantung dari perilaku dan perkataan yang anda gunakan dan tunjukkan selama Anda hidup dan berinteraksi dengan mereka. Anda tidak punya kuasa lagi untuk memperbaiki pendapat itu sekiranya kenangan mereka tidak seperti yang Anda harapkan. Kalau anda dipersepsikan sebagai orang yang angkuh karena mungkin selama Anda hidup anda menunjukkan sikap senantiasa angkuh terhadap mereka, dan sebaliknya.
Tahun 2007 segera berakhir dan tahun yang baru akan dijelang. Sudah saatnya bagi kita untuk kembali melihat perjalanan hidup yang sudah kita lalui, melihat kembali hal-hal yang sudah kita lakukan dan mengkaji kembali prioritas-prioritas hidup kita. Meningkatkan kualitas hubungan horisontal terhadap sesama manusia dan hubungan vertikal dengan Sang Pencipta. Menjalin kembali tali silaturahmi dengan orang-orang yang anda kenal, meningkatkan kualitas hubungan dengan keluarga yang anda kasihi dan memberi banyak kebaikan kepada siapapun yang anda temui.
Mari kita jelang Tahun Baru 2008 dengan penuh keyakinan bahwa di tahun yang menjelang kualitas pribadi dan kerja kita akan senantiasa lebih baik dari tahun yang lalu.
SELAMAT TAHUN BARU 2008 !
Wednesday, May 14, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment