Dalam seminggu ke depan kita akan jelang (bagi yang merayakan) 2 hari raya besar yaitu Idul Adha (20/12) dan Natal (25/12). Idul Adha dirayakan umat Islam untuk memperingati kejadian penting dimana Ibrahim menerima wahyu dari Allah untuk mengorbankan anak semata wayangnya, Ismail. Peristiwa itu merupakan batu ujian terberat bagi Ibrahim untuk menunjukkan bukti kecintaannya pada Allah. Walaupun terasa sangat berat, perintah ini tetap dijalankan oleh Ibrahim yang pada detik terakhir Ismail diganti dengan seekor domba oleh Allah.
Kata “kurban” itu berasal dari bahasa Arab qaraba-yuqaribu-qurbanan-qaribun, yang artinya dekat atau mendekatkan maksudnya adalah mendekatkan diri pada Tuhan. Ibadah kurban menurut Jalaludin Rakhmat (1996) juga mencerminkan pesan moral: kita mendekatkan diri dengan saudara-saudara kita yang kekurangan. Dengan berkurban berarti kita dekat dengan mereka yang tidak lebih beruntung dari kita. Bila kita memiliki kenikmatan, kita diminta berbagi kenikmatan itu dengan orang lain. Bila berpuasa, kita akan merasakan lapar seperti halnya orang miskin. Hewan kurban yang dipotong merupakan simbol dari penyembelihan dari nafsu kebinatangan yang seringkali kita tunjukkan semacam rakus, ambisi yang tak terkendali, menindas, dan setiap sesuatu yang membutakan mata dan telinga kita terhadap kebenaran.
Hari Natal dirayakan setiap tahun untuk memperingati kelahiran Yesus. Dalam perspektif umat Kristiani, Yesus dihormati sebagai sang penebus dosa-dosa; yang memungkinkan kembalinya kita diterima dengan baik oleh Allah. Dengan demikian, Tuhan sendiri mendekat, mau menerima manusia, mau bertegur sapa dengan-Nya sehingga manusia bisa berharap, bisa membuka hati. Di dalam Perjanjian Baru dikatakan bahwa Dia lahir di palungan dalam sebuah kandang yang kotor, karena tidak ada tempat di dalam penginapan. Berselimutkan kain lampin yang sederhana dan ditemani oleh para gembala. Kenyataan ini bisa diartikan sebagai ajakan untuk mengambil sikap bersahaja. Semacam semangat untuk mau berbuat baik, tidak berkeras hati, dan selalu berpihak pada orang kecil dan lemah, serta tidak memberi ruang pada kebencian dan rasa balas dendam kepada siapapun.
Bila diresapi lebih dalam, semangat yang dimiliki oleh 2 hari besar tersebut sebenarnya semakna sejalan. Memaknai sebuah peristiwa untuk bisa lebih dekat dengan kesederhanaan, meningkatkan kepedulian terhadap sesama dan selalu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Pada perayaan Idul Adha, daging hewan kurban yang disembelih akan dibagikan kepada kaum fakir (tidak mampu), membagikan rejeki dan kenikmatan kepada mereka dan secara tidak langsung kita juga diajak untuk bisa memahami ketidak beruntungan mereka. Natal, merefleksikan kehadiran Tuhan dalam kesederhanaan bersama-sama dengan orang-orang kecil.
Mendekati hari raya Idul Adha ini, kenangan saya selalu kembali pada masa sekitar 13 tahun lalu saat saya melakukan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di sebuah desa kecil di daerah Banyumas (Jawa Tengah). Kebetulan selama 3 bulan saya dan teman-teman tinggal disana dan berkesempatan menikmati perayaan hari besar ini. Dua minggu sebelum hari raya suasana di desa tersebut mulai berubah. Warga dari segala usia semua kelihatan antusias mempersiapkan segala sesuatunya dan raut kebahagiaan terpancar dari orang-orang yang saya temui.
Dalam sebuah percakapan dengan seorang sesepuh desa, saya memahami perubahan perilaku warga desa tersebut. Setiap hari raya besar akan banyak sanak kerabat mereka yang bekerja di kota besar pulang ke desa itu, kembali berkumpul dengan keluarga merajut kembali silaturahmi yang terpisah jarak. Alasan kedua adalah hari raya itu adalah hari raya kurban yang juga berarti mereka akan bisa menikmati gurihnya daging kambing atau sapi, karena bagi warga desa tersebut makan berlaukkan daging adalah sebuah “kemewahan” tersendiri.
Saat makan siang bersama di pelataran masjid saya banyak melihat raut wajah penuh syukur dan bahagia di sekitar saya. Warga desa yang tidak merayakan juga diundang dalam acara tersebut. Dalam keterbatasan dan kesederhanaan saya merasakan arti kasih antar sesama yang sesungguhnya. Walaupun secara materi mereka serba kekurangan namun sesungguhnya mereka memiliki kekayaan bathin yang lebih dibandingkan saudara-saudara mereka yang tinggal di kota, termasuk saya.
SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA DAN HARI NATAL 2007
Wednesday, May 14, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment