Wednesday, May 14, 2008

Resiko

Menjadi manusia seutuhnya mahal harganya sehingga hanya sedikit orang yang memiliki cinta dan keberanian untuk membelinya. Seseorang harus melepaskan hasrat untuk mencari rasa aman dan harus menghadapi risiko hidup dengan kedua belah tangannya. Seseorang harus memeluk kehidupan seperti memeluk seorang kekasih. Segala usaha untuk meraih tujuan, selalu melibatkan sebuah risiko. Kita mungkin berkata, "Saya tidak mau bergantung di dahan pohon yang kecil itu!". Kita tidak menyadari bahwa ada buah yang matang dan manis di ujung dahan itu. Buah itu selalu berada di sana, di ujung dahan, menunggu ada orang yang berani memetiknya.

Kebanyakan dari kita memulai hidup ini dengan sikap positif dalam menghadapi risiko. Ketika masih anak-anak, kita tidak sabar untuk melakukan berbagai petualangan baru. Mereka belajar memanjat kursi, menaiki tangga dan berlari-lari. Seorang anak yang sehat, gembira, seperti halnya seorang dewasa yang sehat dan gembira, senang menguji dan mengukur kemampuan mereka. Pada saat kita pertama kali mencoba berjalan dengan tertatih-tatih, pada saat kita mulai menguasai seni berjalan, kita sebenarnya sudah mengambil risiko. Bahkan saat bayi lahir ke duniapun dia sudah memutuskan untuk mau mengambil resiko hidup di dunia baru yang tidak diketahuinya. Dan kita ternyata menyukainya!

Bumbu kehidupan adalah saat kita melakukan hal-hal baru, menciptakan sesuatu dari kemampuan kita sendiri. Kala kita mencintai dan peduli pada seseorang, kita menanggung risiko. Mengatakan 'aku cinta padamu', bisa menjadi urusan yang penuh risiko, tetapi imbalannya sungguh fantastis dan itu yang menggerakkan hati manusia untuk melakukannya. Menjadi sosok manusia yang berbeda juga melibatkan risiko. Anda ingin berubah menjadi seseorang yang lebih bisa tepat waktu akan berisiko dicap sebagai orang yang sok disiplin dsb. Dalam kenyataannya, alam semesta ini senantiasa mendorong kita agar berusaha, berkembang dan menjadi luar biasa.

Kita punya pilihan, yaitu antara menjalani hidup dengan benar-benar hidup atau semata-mata hidup. Kalau kita memilih hanya semata-mata hidup, hidup anda akan tidak banyak gejolak, selalu berada dan bermain di “zona aman” dan sebisa mungkin menghindarkan risiko. Hasil yang akan diterima pun juga akan “semata-mata hasil” saja. Sayuran, bumbu kacang dan tahu kalau dicampur akan tetap jadi gado-gado dan kita tidak mungkin mengharapkannya jadi makanan lain. Namun kalau saja kita mau mengambil resiko dengan melakukan eksperimen dan mencampurkan dan mengolah bahan makanan tadi dengan cara lain kita mungkin bisa mendapatkan jenis makanan lain.

Untuk mencapai sesuatu, kita harus menanggung risiko. Untuk belajar berjalan kita menanggung risiko jatuh dan terluka. Untuk memperoleh uang, kita harus menanggung risiko kehilangan dan orang yang memperoleh uang terbanyak memiliki risiko terbesar. Untuk memenangkan sebuah pertandingan kita menghadapi kemungkinan kalah. Mencari pekerjaan adalah risiko. Menyeberang jalan adalah risiko. Bahkan untuk sekedar makan di restoranpun mengandung risiko.

Singkatnya, Hidup adalah risiko. Dan semua resiko itu harus kita ambil dan alami agar kita bisa lebih menghargai apa arti keberhasilan dan kemenangan. Kita harus berani melewati dahan pohon agar dapat memetik dan merasakan manisnya buah.

Suatu hukum yang berlaku dalam kehidupan ini menjamin bahwa imbalan akan datang sesudah risiko. Dan bukan sebaliknya.

No comments: