Minggu-minggu ini saya disibukkan dengan kegiatan interview untuk mengisi beberapa posisi dalam team SQUAD. Secara pribadi saya menyukai kegiatan interview ini karena kita bisa melihat dan mengetahui beberapa jenis karakter manusia dan pola pikirnya. Satu hal yang selalu saya lihat pertama kali dalam setiap interview adalah antusiasme dari kandidat. Interview akan berlangsung cepat apabila saya lihat kandidat tidak menunjukkan antusiasme, baik antusiasme untuk pekerjaan yang ditawarkan maupun antusiasme sebagai individu.
Kenapa perlu menunjukkan antusiasme dalam bekerja? Saya melihat perilaku antusias merupakan refleksi terhadap bagaimana anda memandang pekerjaan anda, seberapa puas anda dengan pekerjaan dan penghargaan anda terhadap pekerjaan itu sendiri. Dalam sebuah interview dengan seorang direktur sebuah perusahaan financial, saya mendapatkan pembenaran akan hal ini.”Jika anda mencintai pekerjaan anda, hal itu akan terlihat dalam perilaku anda saat bekerja….anda akan bekerja lebih antusias!”, ujarnya.
Kebanyakan orang menghargai sebuah pekerjaan dilihat dari “Sebutan” atau level/jabatan, misal petugas admin, Teller, Auditor dll. Saat saya melakukan ibadah disebuah masjid kecil yang asri dan bersih di Yogya, saya berkesempatan untuk ngobrol dengan seorang petugas kebersihan masjid. Saat saya tanyakan apa tugas utamanya di masjid itu, jawabannya sungguh mengherankan saya.”Tugas utama saya adalah memastikan bahwa setiap orang dapat beribadah dengan lebih khusuk (tenang dan konsentrasi) di masjid ini”. Saat saya tanyakan maksudnya, beliau melanjutkan,”Coba kalau mas shallat disini dengan terganggu bau tidak sedap dari sampah dan toilet, kan pasti ndak bisa tenang dan konsentrasi tho?”. Dengan cara pandang terhadap pekerjaan seperti diatas, tidak heran bila bapak tersebut melakukan pekerjaannya dengan sepenuh hati dan antusias.
Pandangan yang berbeda saya dapatkan dari salah seorang peserta training saya seorang Teller yang menceritakan kepada saya bagaimana dia memandang pekerjaannya. Setiap kali bangun pagi dia melihat ke kaca dan mengucapkan “Terima kasih Tuhan karena hari ini saya masih dipercaya untuk bisa membahagiakan orang lain”. Setelah itu baru dia membersihkan diri dan berangkat ke kantor. Sesampainya dikantor dia akan mempersiapkan segalanya dengan baik sebelum membuka konter untuk memulai layanan. Apabila antrian nasabah pada saat itu banyak dia akan berucap “Terima kasih Tuhan karena begitu banyak orang yang Kau kirimkan hari ini untuk dapat saya bahagiakan”.
Teller tersebut memaknai tugasnya bukan hanya sekedar membantu nasabah untuk menyetor ataupun menarik uang tapi jauh lebih besar dari itu, yaitu tugas untuk membahagiakan siapapun pelanggan yang bertransaksi didepannya. Karena fungsinya sebagai Teller, membahagiakan pelanggan dilakukan dengan cara melakukan transaksi dengan cepat, benar dan tidak lupa Layanan yang menyenangkan.
Tidak ada satupun pekerjaan yang menarik. Orang yang senang berinteraksi dengan orang lain akan menganggap marketing adalah pekerjaan yang menarik tapi tidak bagi orang yang senang berkutat dengan angka dan data, begitu sebaliknya. Pekerjaan adalah pekerjaan, itu saja…yang membuatnya menjadi menarik atau tidak adalah bagaimana anda memandang dan menaruh minat pada pekerjaan tersebut. Minat terbentuk di dalam diri anda sendiri, dan ini sifatnya amat pribadi sekali! Rekan saya seorang sekretaris begitu menikmati dan mencintai pekerjaannya dan memperlakukan pekerjaannya sebagai salah satu hobinya!
Dari perjalanan pekerjaan saya selama ini saya menyadari bahwa saya tidak selalu bisa menjadi dan mendapatkan apa yang saya mau (cita-citakan), yang bisa saya lakukan adalah menikmati apapun pekerjaan saya saat ini dan selalu berusaha menjadi yang terbaik.
Well, jika anda menaruh minat pada pekerjaan anda, bukankah pekerjaan itu akan menjadi lebih menarik?
Wednesday, April 11, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment