Tuesday, April 17, 2007

Rejeki

Suatu siang saya naik sebuah taksi blue bird dari daerah Senen. Pengemudinya seorang bapak dengan usia sekitar 40 tahun, berkulit gelap dan badan sedikit gemuk. Setiap kali naik taksi saya selalu sempatkan ngobrol dengan pengemudinya, dari mulai obrolan ringan sampai dengan yang “sedikit seirius”. Pertanyaan awal yang sering saya tanyakan kepada pengemudi taksi adalah menanyakan pendapatannya sampai jam saat saya naik.

Begitu juga siang itu saya menanyakan pertanyaan “pembukaan” tersebut. Tapi alih-alih menjawab pertanyaan saya, dia malah balik mengajukan pertanyaan kepada saya.”Pak, maaf ya saya mau tanya, bapak percaya nggak kalau rejeki kita itu sudah diatur dan ditentukan banyaknya, dan kita manusia hanya diminta untuk berusaha dengan tanpa sedikitpun mempertanyakan rejeki tersebut?”. Saya mengiyakan pertanyaan tersebut dan mempertanyakan alasan pertanyaan tadi.

Saya memang percaya dengan pernyataan saya tadi dan hari ini saya ditunjukkan bukti bahwa apa yang saya yakini itu benar bahwa rejeki masing-masing orang sudah ada yang mengatur dan kadang rejeki itu datangnya juga bisa datang dari sumber yang tidak pernah kita duga arahnya”, jelas sopir taksi tersebut. Saya makin penasaran dengan penjelasan tersebut dan menanyakan hal apa yang mendasari keyakinan tersebut.

Hari ini saya hampir putus asa dan nyaris berprasangka buruk terhadap Tuhan karena sudah lebih dari 5 jam saya muter-muter tapi belum juga dapat penumpang. Saya heran juga kok hari ini saya merasa sulit sekali dapat penglaris”. Kemudian dia melanjutkan,”Akhirnya saya berdoa dalam hati untuk minta ditunjukkan jalan rejeki untuk hari ini. Dan biasanya setiap kali melalui jalan ini saya selalu belok kiri ke arah stasiun gambir dan tidak pernah mau melewati fly over tadi karena saya merasa jarang ada orang yang mau naik taksi di daerah ini. Tapi saya merasa seperti ada bisikan yang menyuruh saya untuk jangan belok kiri melainkan jalan terus dan naik fly over. Dan ternyata bisikan itu benar karena saya bertemu bapak sebagai penumpang pertama saya dan saya yakin sebagai pembuka rejeki bagi saya hari ini. Saya masih merinding nih pak kalau mengingat betapa Yang Diatas itu Maha Kuasa dan sayang pada umatnya yang mau berusaha”.

Kemudian dia melanjutkan, “Saya kadang heran dengan tingkah laku banyak dari penumpang saya yang selalu mengeluh tentang pekerjaan mereka, yang suasana kantornya nggak enaklah, pemimpin yang nggak pengertian dan yang lebih membuat saya ngelus dodo itu kalau mereka ngeluh soal kecilnya gaji yang mereka terima. Padahal kalau dipikir-pikir ya pak, mereka itu nasibnya jauh-jauh-jauh lebih baik dari saya lho. Mereka kan sudah pasti mendapatkan gaji setiap bulan, pekerjaan juga sudah tetap, bonus kalau tiap tahun dikasih, THR dapet, kenaikan gaji juga ada. Lha kalau saya, untuk dapat kelebihan uang supaya bisa dipakai makan buat besok aja saya mesti banting tulang nahan capek, ngantuk dan pegal selama lebih dari 12 jam sehari! Apa ya mereka nggak lihat kalau masih buanyak orang yang nasibnya tidak seberuntung mereka, orang yang nyari kerja aja susahnya minta ampun, eh ini yang udah dapet kerja enak malah mengeluh!”, jelasnya lebih lanjut.

Saya yang sedari tadi mendengarkan di belakang dapat memahami jalan pikiran dan perasaan sopir taksi tersebut. Saya jadi teringat kembali Mbok Wariyah di pasar Beringhardjo Yogya yang telah memberikan pembelajaran mengenai makna kata “Cukup” kepada saya bertahun-tahun yang lalu (lihat LPB 072). Pesan bapak saya di Yogya juga masih saya ingat baik-baik, "Rif, bekerjalah bersungguh-sungguh, kalau kamu tidak suka atau kurang puas, silahkan keluar secara baik-baik. Itu sikap yang gentleman daripada kamu berbuat atau berbicara hal-hal yang tidak baik di tempat kerja. Banyak bersyukur karena tidak banyak orang yang bisa bekerja saat ini."


Perjalanan siang itu yang hanya 25 menit ternyata memberi banyak pembelajaran baru bagi saya terutama dalam hal mensyukuri apa yang saya dapat dan miliki saat ini. Dalam sebuah buku agama saya pernah membaca sebuah firman Allah: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."

No comments: