Thursday, April 5, 2007

Pasrah

Dalam sebuah perjalanan diatas KRL Patas AC Bekasi, saya terlibat perbincangan menarik dengan salah seorang rekan dari kantor pusat. Perbincangan berawal dari ungkapan bahwa selama ini dia rajin membaca LPB secara rutin dan disadari bahwa tulisan-tulisan yang dia baca selama ini banyak memberi kekuatan bathin-nya untuk terus tegar dan tak lupa selalu bersyukur dengan segala hal yang dia miliki dan dapatkan.

Kemudian perbincangan beralih kepada bagaimana setiap orang memandang hidup dan kehidupannya.”Pak Arif, apa betul orang hidup itu harus pasrah? Soalnya kata “pasrah” sendiri seperti menunjukkan bahwa kita tidak berusaha sama sekali dan hanya menyerahkannya pada Yang Kuasa,” tanyanya saat itu. Saya terkesiap dengan pertanyaan tersebut. Sebuah pertanyaan yang sederhana tapi bermakna dalam.

Saya teringat sebuah cerita bijak yang diceritakan oleh atasan saya pada suatu sore. Cerita sederhana mengenai seorang petani tua yang kehilangan kudanya. Kemudian para tetangga berdatangan dan turut prihatin atas nasib buruk petani tua tersebut. Tapi petani tersebut menjawab,”Nasib buruk atau nasib baik, siapa yang tahu?”. Demikian juga ketika ternyata kudanya datang kembali dengan membawa beberapa kuda betina. Tetangga datang kembali dan mensyukuri nasib baik sang petani. Jawaban petani tua tersebut tetap sama,”Nasib buruk atau nasib baik, siapa yang tahu?”. Begitu seterusnya ketika kejadian baik dan buruk menghampiri kehidupan petani tua tersebut, jawaban petani tersebut tetap sama.

Sikap yang diperlihatkan oleh petani tersebut merupakan pengejawantahan dari prinsip: apa yang baik tidak selamanya berarti baik dan sebaliknya, yang kelihatannya buruk tidak selamanya buruk. Keterbatasan pikiran kita dan (mungkin) kedangkalan iman kitalah yang membuat kita tidak bisa melihat adanya hubungan sebuah kejadian dengan kejadian lain. Kejadian apapun yang kita alami merupakan bagian kecil dari sebuah skenario besar yang telah Tuhan rencanakan untuk kita. Karena itu tidak ada satupun kejadian yang terjadi secara kebetulan, semua terjadi karena adanya campur tangan Sang Khalik.

Dengan memahami setiap kejadian sebagai sebuah skenario yang telah ditulis dengan baik dan rapi oleh Pencipta, dapat menumbuhkan rasa syukur karena setiap kejadian akan berlaku atas seijin-Nya. Kita tidak berhak menyebut sebuah kejadian baik atau buruk karena hal itu tidak berdiri sendiri tapi terkait erat dengan apa yang akan kita dapat selanjutnya. Seorang rekan saya dulu sangat ingin menjadi pemain bulu tangkis profesional, bahkan dia dulu pernah mengalahkan Alan Budikusumah sewaktu dalam kejuaraan daerah. Tapi sebuah kecelakaan membuyarkan impiannya tersebut. Memang dia sekarang bukan seorang atlet bulutangkis professional tapi menjadi seorang senior konsultan yang sukses dan akhirnya membuat biro konsultan manajemen sendiri. Dia pernah berseloroh,”Kalau saja saat itu motor itu nggak menabrakku dengan keras, mungkin aku nggak akan punya perusahaan konsultan sendiri seperti sekarang..”

Ada campur tangan Tuhan dalam menentukan kehidupan kita. Tapi kehidupan itu juga tidak akan terwujud tanpa ada kemauan dan usaha keras dari kita. Ada yang mengatakan bahwa kita memberikan kontribusi sebesar 90% terhadap nasib kita dan 10%nya lagi merupakan urusan Tuhan. Tugas kita hanyalah berusaha sekuat tenaga dengan tidak lupa berdoa. Kepasrahan sering disebut sebagai berdoa setelah berusaha, dan bukan hanya berdoa dengan menyerahkan segalanya kepada Yang Kuasa tanpa ada usaha sama sekali. Berdoa sebagai bentuk kepasrahan merupakan wujud pemahaman bahwa betapapun kuatnya kita berusaha tetaplah bahwa kehidupan itu milik Allah dan DIA lah yang tahu apa yang terbaik untuk kita, bukan kita.

Sering saya dengar orang berdoa dengan meminta sesuatu “yang baik menurut kita” kepada Tuhan: “Tuhan berilah rejeki agar kehidupan saya lebih baik, Tuhan berikan pekerjaan yang lebih baik karena tempat saya bekerja sekarang tidak menyenangkan”, dll. Dalam melafaskan doa itu seolah kita yakin bahwa kita tahu benar apa yang terbaik untuk kita.

Dr.Larry Dossey dalam bukunya “Healing Words” mengatakan bahwa doa yang baik bukanlah meminta hasil tertentu kepada Tuhan melainkan dengan mengatakan,”Ya Tuhan, berikanlah yang terbaik sesuai dengan kehendakMu, karena Kau-lah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Itulah doa yang penuh rasa syukur, rendah hati dan sebuah bentuk kepasrahan yang sesungguhnya.

No comments: