Thursday, April 5, 2007

Life is Beautiful (1)

Saya pernah menonton sebuah film yang cukup mengharukan bagi saya, judulnya “Life is Beautiful” (La Vita est Bella) dengan tokoh kunci yang diperankan oleh Roberto Benigni. Film ini menceritakan seorang lelaki Guido Orefice yang sangat menikmati hidupnya dan tidak sedetikpun waktunya dilewatkan dengan bermuram durja. Padahal kehidupan sebenarnya sangatlah tidak mendukung karena dia seorang yahudi dan dalam masa itu (perang dunia kedua) bangsa yahudi dimusuhi.

Kemalangan dimulai saat Guido dan istri serta anaknya ditangkap oleh pasukan Jerman dan dijebloskan ke kamp konsentrasi. Dia tahu hidupnya beserta keluarganya akan terancam dalam kamp tersebut. Tapi Guido tidak ingin anaknya yang berusia 6 tahun tahu yang sesungguhnya terjadi karena itu dia mengarang cerita bahwa semua yang terjadi di kamp itu adalah sebuah permainan. Ada yang berperan sebagai orang Jerman dan ada juga yang berperan sebagai yahudi. Guido menjelaskan bahwa pemenang akan diberi hadiah naik diatas tank Jerman yang besar.

Yang membuat saya sangat terharu dalam film tersebut adalah bagaimana Guido berusaha untuk tetap membuat anaknya senang dan bersemangat dalam situasi yang demikian tertekan. Banyak hal yang baik-baik dan menyenangkan dikatakan kepada anaknya Joshua Guido. Bahkan sampai sebelum Guido meninggal ditembak oleh tentara Jerman, Guido tetap menyemangati anaknya agar terus bersemangat dalam “permainan” itu. Di akhir cerita Jerman kalah, istri dan anak Guido selamat bahkan oleh tentara sekutu Joshua Guido dinaikkan ke atas tank besar milik Jerman yang kalah perang. Joshua merasa berhasil sebagai pemenang dalam “permainan” tersebut.

Pembelajaran yang saya dapatkan dalam film yang telah mendapatkan 3 Academy Awards dan 56 penghagaan international itu adalah SENI MENIKMATI HIDUP. Kebahagiaan bagi seorang Guido adalah apa yang dia miliki saat ini dan menikmati apapun yang dia lakukan bahkan dalam kondisi ekstrem sekalipun (dijajah Jerman dan dibawa ke kamp) karena dia yakin bahwa masa depan berada di luar kontrol dia.

Dalam sebuah buku saya pernah membaca sebuah cerita mengenai seorang nelayan. Seorang lelaki dari kota datang ke pantai dan bertemu dengan seorang nelayan yang sedang bercanda dengan riang bersama anak-anaknya. Lalu si orang kota tersebut bertanya mengapa nelayan tersebut tidak melaut. Nelayan tersebut menjawab bahwa dia baru pulang dari melaut mencari ikan dengan perahu kecil yang ada disamping rumah. Kemudian orang kota tersebut menyarankan untuk melaut lebih lama dari biasanya agar mendapatkan hasil yang lebih banyak.”Kalau saya dapat hasil yang lebih banyak kemudian apa pak?” tanya nelayan itu. “Bapak bisa membeli kapal yang lebih besar, dan dengan kapal besar itu tangkapan bisa lebih banyak, bapak bisa punya uang yang banyak dan hidup bapak bisa jadi bahagia,” jawab lelaki kota itu. Sejenak nelayan terdiam kemudian berkata,”Pak kalau tujuan akhirnya untuk saya agar bahagia, saat inipun saya sudah bahagia dengan apa yang saya miliki sekarang. Saya bisa lebih lama berkumpul dan bercengkerama dengan anak-anak saya….dan itulah yang membuat saya bahagia.”


Kebahagiaan adalah suatu kondisi tanpa syarat. Anda tidak memerlukan apapun untuk bisa bahagia. Budha Gautama pernah mengatakan,” Keinginan-keinginan yang ada pada manusialah yang seringkali menjauhkan manusia dari kebahagiaan.” Banyak yang bilang saya akan bahagia kalau saja saya memiliki anu atau saya akan bahagia kalau posisi saya sudah mencapai level itu dsb. Keinginan-keinginan inilah yang malah menjauhkan anda dari kebahagiaan.

No comments: