Wednesday, April 11, 2007

Stimulus - Respon

4 hari yang lalu pada pukul 21.30 malam listrik di rumah saya mati dan setelah saya cek ternyata seluruh perumahan di daerah saya di Bekasi juga mengalami pemadaman. Sesuatu yang menyebalkan apabila listrik mati apalagi pada malam hari. Kebetulan saya punya bayi dan kejadian ini membuat saya harus siap berjaga semalaman untuk mengipasi dia agar bisa tidur. Sesekali istri saya menggerutu dengan mengatakan PLN keterlaluan karena melakukan pemadaman di malam hari, sampai akhirnya kemudian dia tertidur.

Bagaimana sikap anda apabila mengalami hal yang sama? Saya kira wajar kalau seandainya anda juga menggerutu dan menyalahkan PLN karena kejadian ini. Coba saja anda bayangkan situasinya: kondisi gelap hanya dengan penerangan lilin, udara panas dan banyak nyamuk sehingga membuat anda susah tidur.

Saya coba merespon dengan cara yang berbeda. Seperti yang pernah saya tulis dalam artikel sebelumnya bahwa tumbuhkanlah kesadaran setiap saat dan nikmatilah apa yang anda hadapi saat ini, detik ini. Dalam keremangan cahaya lilin saya berusaha menikmati kondisi yang saat itu saya hadapi. Saya baru sadari bahwa ternyata kesunyian itu bisa juga mengasyikkan. Saya jadi ingat sebuah kalimat bijak “Sesungguhnya dalam kegelapan kau akan dapat melihat lebih banyak hal”.

Ada konsep yang ditulis oleh Stephen Covey bahwa kita sebenarnya mempunyai pilihan dalam memberikan respon terhadap stimulus yang datang kepada kita. Stimulus adalah apapun yang berada di luar anda. Ia bisa berupa kejadian, peristiwa ataupun hanya sebuah objek biasa. Sedangkan respon adalah tanggapan anda terhadap stimulus tersebut. Untuk jelasnya, proses yang terjadi bisa digambarkan sbb:

STIMULUS RESPON

Apakah setiap stimulus langsung menghasilkan sebuah respon? Dalam kejadian saya diatas stimulusnya adalah padamnya listrik dan suasana yang tidak nyaman (panas dan banyak nyamuk). Respon yang bisa saya ambil bisa macam-macam; menggerutu berkepanjangan, berkeluh kesah, menelepon PLN dan komplain atau menikmati kegelapan dan kesunyian yang ada. Dan saat itu saya memilih respon yang terakhir karena saya sadari dengan berkeluh kesah atau marah-marah berkepanjangan tidak akan membuat listrik hidup kembali dan hal itu juga diluar control kita. Bahkan dengan bersungut-sungut dan kesal energi kita akan lebih banyak keluar dan membuat kita tambah stress.

Saya mencoba melihatnya dari pola pikir yang lain, Dengan padamnya listrik malam itu, Sang Pencipta seolah memberi saya waktu untuk menikmati indahnya sunyi dan melakukan kontemplasi terhadap diri sendiri. Saat itu saya jadi punya banyak waktu untuk mengamati Anindya putri kecil kami dan istri saya yang sedang tidur. Sambil terus mengipasi mereka, pikiran saya seolah melakukan evaluasi terhadap segala yang sudah terjadi dan akhirnya saya semakin menyadari betapa beruntungnya saya dengan segala yang saya miliki saat ini.

Dari ilustrasi diatas ada satu hal yang harus kita pahami sebelum memberikan respon terhadap stimulus yang timbul yaitu PARADIGMA. Dengan paradigma, anda sebenarnya memiliki beberapa pilihan dalam merespon. Hal itu dapat digambarkan sebagai berikut:

Pilihan A
STIMULUS PARADIGMA Pilihan B RESPON
Pilihan C

Sebuah stimulus dapat diartikan negative atau positif sangat tergantung pada paradigma berpikir yang kita gunakan sebelum menentukan pilihan respon dan bukan pada stimulus itu sendiri.

Setelah lebih kurang 4 jam mengipasi akhirnya pukul 01.30 dinihari listrik hidup kembali. Sebelum saya rebahkan diri untuk istirahat saya cium kening kedua orang yang saya cintai itu sambil mengucapkan syukur kepada Yang Maha Tinggi karena sudah memberikan saya 4 jam yang berharga malam itu.

1 comment:

ganda-zone said...

Pola pikir anda Ok banget. Selalu menarik sisi positif dari hal buruk sekalipun. Mudah2an saya bisa mengikuti segala sesuatu yang baik dari anda.....