Pernahkah sesekali anda berdiam dan merenung tentang apa yang Tuhan sudah berikan dan ciptakan untuk kita? Sejatinya Yang Maha Pemberi tidak semata-mata menciptakan dan meletakkan sesuatu tanpa ada maksudnya. Tidak perlu melihat yang jauh-jauh, lihatlah apa yang telah Allah ciptakan dan letakkan sesuatu di tubuh kita.
Tuhan menciptakan kita dengan dua mata yang diletakkan di depan wajah kita, karena kita diminta untuk tidak selalu melihat ke belakang. Memandang kebelakang serupa dengan selalu memandang masa lalu kita, berandai-andai bahwa sesuatu tetap seperti adanya dulu tanpa mengikhlaskan adanya perubahan. Mata diletakkan di depan sebagai ajakan untuk kita agar selalu memandang semua itu kedepan, pandanglah masa depan kita. Kita memang tidak hidup di masa depan, juga tidak hidup dalam keagungan masa lalu. Kita hidup hari ini, sekarang, dan saat kinilah sebagai persiapan untuk menuju ke masa depan karena waktu tiada dapat berulang.
Kita dilahirkan dengan 2 buah telinga yang diletakkan di kanan dan kiri, supaya kita bisa mendengarkan semuanya dari dua sisi. Mendengar dari dua sisi juga berarti bahwa apa yang kita dengar haruslah seimbang atau bisa juga apabila ada seuatu permasalahan janganlah hanya mendengar dari satu pihak tapi coba dengar dari 2 sisi yang berbeda agar keputusan yang akan kita berikan juga diharapkan dapat lebih adil. 2 telinga ini juga merupakan simbol bahwa kita harus bisa menerima tidak hanya pujian tapi juga kritikan.
Kita terlahir dengan 1 otak yang terletak didalam tengkorak kepala kita. Otak yang lembut dan sangat sensitive dilindungi oleh sebuah tempurung yang kuat. Sehingga tidak peduli semiskin apapun kita secara materi, kita tetaplah “kaya” sebagai manusia. Orang dapat saja mengambil kekayaan materi kita namun tidak akan ada satu orang pun yang bisa mencuri pikiran, keyakinan, ide dan bahkan mimpi kita. Dan apa yang kita miliki dalam pikiran kita jauh lebih berharga dari pada kekayaan materi yang kita miliki. Otak yang dipenuhi dengan pikiran positif, rasa cinta kasih dan keinginan untuk selalu memberi dapat memberi kedamaian bagi orang-orang disekitarnya.
Bagaimana dengan mulut? Kita memiliki 2 mata, 2 telinga tapi kita hanya diberi 1 buah mulut. Karena Sang Maha kasih menginginkan kita untuk lebih banyak mendengar daripada berbicara. Kemahiran mendengar dengan baik tidak lebih mudah dari kepintaran berbicara. Butuh banyak ruang kesabaran dalam hati kita untuk bisa menjadi pendengar yang baik. Selain itu mulut cukup satu saja karena mulut adalah senjata yang sangat tajam, mulut bisa menyakiti, bisa membunuh, bisa menggoda, dan banyak hal lainnya yang tidak menyenangkan. Ungkapan lidah lebih tajam dari pedang ada benarnya karena luka pedang akan terlihat dan mudah dihilangkan. Tapi luka karena ucapan tak terlihat dan butuh waktu dan usaha untuk menyembuhkan. Sehingga bila kita hendak mengatakan sesuatu yang menyakitkan berpikirlah seribu kali. Ingatlah untuk mencoba berbicara sesedikit mungkin namun lihat dan dengarlah sebanyak-banyaknya.
Kita lahir hanya dengan 1 hati yang letaknya jauh didalam tulang iga kita. Mengingatkan kita pada penghargaan dan pemberian cinta diharapkan berasal dari tempat dalam tubuh kita yang paling dalam: Hati. Belajar untuk mencintai dan menikmati betapa kita dicintai tapi jangan pernah mengharapkan orang lain untuk mencintai kita seperti kita mencintai mereka.
Harmonisasi antara mata, telinga dan mulut sangat ditentukan oleh bagaimana hati dan pikiran kita bekerja. Kita akan memandang dengan penuh kasih, tersenyum dengan segenap ketulusan dan mendengar dengan lebih sabar apabila pikiran kita dilingkupi oleh kejernihan, kesabaran dan pasokan cinta kasih. Bila harmonisasi ini selalu kita tunjukkan niscaya akan banyak memberi kedamaian pada sekitar. Permasalahan akan dapat diselesaikan apabila dituntun oleh semangat saling kasih dan cinta.
Berilah cinta tanpa meminta balasan dan kita akan menemukan cinta yang jauh lebih indah.
Thursday, April 26, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment