Alkisah, seorang lelaki yang merasa sudah jenuh dengan hidupnya pergi menemui seorang bijak.”Saya ingin segera mati saja,” ujarnya. Sang bijak hanya tersenyum sambil berkata,”Besok pagi, saat kamu bangun, anggaplah hari itu adalah hari terakhirmu. Juga sarapan pagimu karena itu mintalah makanan yang paling kamu sukai. Banyak-banyaklah ajak istrimu bercakap-cakap karena ini kesempatan terakhirmu. Saat hendak bekerja, pandanglah rumahmu dan lingkungan sekitarmu, nikmatilah perjalananmu ke kantor. Saat dikantor nikmatilah setiap kegiatan yang kamu lakukan di kantor karena inilah kesempatan terakhirmu.” Pria itu lalu pulang kerumah dan berjanji akan melakukan perintah tersebut.
Beberapa hari kemudian pria tersebut kembali ke Sang Bijak untuk menceritakan pengalamannya. Ia kini selalu membayangkan setiap hari adalah hari terakhirnya karena itu dia selalu nikmati apapun yang dia lakukan. Salah satu kebiasaan baru yang dilakukannya adalah dia selalu memeluk dan mencium mesra istri dan anak-anaknya dengan penuh cinta seraya mengucapkan I Love You pada saat akan pergi dan saat pulang kerja sore harinya. Ia mengharapkan besok dan hari-hari berikutnya ia masih diperkenankan hidup oleh Sang Maha Hidup. Pria itu menjadi bersemangat dan bergembira dalam hidupnya.
Ada 2 pembelajaran yang utama dari cerita tersebut: Pertama, mensyukuri. Cobalah sekali-kali anda berdiam diri dan melihat kepada diri anda sendiri dan yang anda miliki saat ini. Kita seringkali stress karena sering memusatkan perhatian pada hal-hal yang tidak kita miliki. Kecemburuan timbul karena rekan kerja kita kemarin beli TV baru, teman sekolah kita yang kerja di tempat lain gajinya lebih tinggi dari kita. Saya punya teman yang jadi sering pindah kerja hanya karena dia ingin gajinya setidaknya sama dengan rekan yang lain. Suatu saat di awal-awal masa saya mulai bekerja saya bertemu dengan seorang ustad untuk menyampaikan berita gembira bahwa saya telah mendapatkan pekerjaan tetap. Ustad tersebut hanya tersenyum kemudian berkata,” anakku, yang patut kamu syukuri bukanlah pekerjaan tetap itu tetapi adalah bahwa kamu bisa tetap bekerja karena tetap atau tidak tetap, selama orang itu bekerja dia sedang melakukan ibadah.”
Pelajaran kedua, kita bisa menikmati hidup kalau kita berkonsentrasi ke masa kini, bukan ke masa lalu atau masa depan. Mengingat masa lalu yang buruk dapat menyebabkan penyesalan berkepanjangan dan kalaupun sebaliknya kerinduan akan masa lalu yang indah dapat menjadi beban, seolah-olah kita harus hidup seperti masa lalu. Misal, dulu mah enak karena bekerja tidak pakai target, bonus juga gede dan tidak banyak aturan dll. Mengingat masa depan juga dapat membuat kenikmatan hidup berkurang. Kita sering terjebak dengan target-target pribadi yang kita buat, keinginan 2 tahun lagi harus dapat ini dan itu semakin membuat konsentrasi kita terbelah dan pikiran kita dibebani untuk dapat mencapai target tersebut.
Seperti juga halnya masa lalu, masa depan juga berada diluar control kita. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi minggu depan, esok hari bahkan 1 jam kedepan. Kita hanya bisa mengontrol pada proses menuju masa depan itu. Proses inilah yang kita jalani sekarang, saat ini, detik ini. Karena itu nikmatilah setiap detik dari hidup anda. Caranya adalah dengan menumbuhkan kesadaran terhadap setiap apa yang anda kerjakan. Satukanlah badan dan pikiran anda setiap waktu. Dalam FISH! Philosophy (Lundin,Paul,Christensen – New York 2000), konsep ini disebut sebagai BE THERE! Yaitu fokuskan perhatian pada siapa yang sedang anda layani. Stress terjadi karena tidak bersatunya badan dan pikiran. Bila anda seorang Teller saat bertransaksi dengan pelanggan pikiran anda ada dirumah memikirkan tagihan listrik yang belum dibayar. Anda sedang rapat dengan karyawan di kantor tapi pikiran anda sibuk memikirkan mobil yang hendak dipakai untuk berlibur. Anda sedang bercengkerama dengan keluarga tapi pikiran anda memikirkan pekerjaan di kantor. Badan dan pikiran anda terpisah karena itu stress dengan mudah datang.
Mencapai hidup bahagia sebetulnya tidaklah sulit. Kebahagiaan tidak perlu anda cari. Kebahagiaan sejati bukanlah berasal dari materi yang kita miliki, pangkat/gelar yang kita sandang, gaji yang tinggi dll. Kebahagiaan sejati bersumber dari diri sendiri, hati, pikiran dan paradigma kita dalam memandang hidup. Anda hanya perlu menumbuhkan kesadaran dan menikmati apapun yang sedang anda lakukan. Mantan atasan saya (seorang warga Negara Amerika) sering berkata kepada saya,”Arif, Life is beautiful. So, enjoy it!”..
Thursday, April 5, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment