Monday, April 9, 2007

Boss atau Leader?

Dari pengalaman saya selama menjadi konsultan banyak menemui hal-hal yang kontradiktif yang kadang membuat saya geli sendiri. Sekali waktu saya pernah bertemu dengan seorang manajer bagian HRD dari sebuah bank pemerintah. Kebetulan manajer ini adalah juga seorang trainer yang salah satu tugasnya adalah mensosialisasikan standar-standar layanan bank tersebut ke seluruh cabang di Indonesia. Dia menjelaskan dengan antusias betapa dia dan tim-nya sudah bersusah payah memaksa para karyawan gugus depan untuk menerapkan standar layanan dalam menerima telepon. Tapi hasilnya selalu tidak seperti yang diharapkan, jawabannya selalu tidak lengkap dan sering dengan intonasi yang tidak professional.

Dia memberi contoh standar saat menerima telepon,”Selamat pagi Bank ABC dengan Fulan, ada yang bisa dibantu?”. Berulang kali saya cek dengan coba telepon langsung ke cabang tapi selalu tidak standar, saya jadi pusing kenapa sebabnya?”. Saat kami berbincang, tiba-tiba telepon di mejanya berbunyi dan saat dering kedua telepon diangkat sambil mengucapkan dengan tegas sang manajer menjawab,”Halo!, hmm…siapa nih!..ya..ya..nanti aja, lagi ada tamu” . Seketika itu juga saya sudah tahu jawaban dari sumber permasalahan yang dihadapi manajer tadi.

Kemudian saya iseng minta si manajer untuk telepon salah satu bos-nya (kepala divisi) untuk sekedar ingin tahu respon jawabannya. Dalam deringan keempat terdengar telepon diangkat dan terdengar suara,”Halo!..”. Nadanya persis dengan yang diucapkan sang manajer tadi.

Sekali waktu saya berkesempatan untuk melakukan kunjungan ke cabang sebuah bank swasta ditemani oleh kepala cabang bank tersebut. Siang itu cabang bank tersebut ramai oleh nasabah yang mengantri. Pada saat berada di banking hall, saya lihat si kepala cabang tersebut dengan ramahnya menyapa nasabah yang sedang mengantri dan tersenyum kepada nasabah-nasabah yang lain sambil mengucapkan,” Mohon maaf bapak dan ibu hari ini mengantri lebih lama karena memang hari ini ramai sekali, terima kasih”. Nasabah yang mengantri membalas dengan senyum dan anggukan tanda maklum kepada pemimpin cabang tersebut.

Pada saat melewati banking hall, pemimpin cabang tersebut membungkuk dan memungut sisa bungkus permen dan membuangnya ke dalam tempat sampah. Sebenarnya dia bisa saja menyuruh Office boy atau satpam untuk mengambil dan membuang sampah tersebut. Tapi hal itu tidak dilakukannya. Waktu saya tanyakan kenapa dia lakukan hal itu, jawabannya,”Saya mau tunjukkan bahwa Layanan termasuk kebersihan di cabang ini adalah tangungjawab setiap orang tidak terkecuali dan ini juga sebagai bukti bahwa saya melakukan apa yang saya katakan”.

2 buah pengalaman yang sangat bertolak belakang bukan? Aktor utama dalam 2 pengalaman tersebut adalah Leader, tapi anda bisa lihat tipe kepemimpinan seperti apa yang ditunjukkan oleh mereka.

Salah satu “kutukan” bagi seorang atasan adalah bahwa anda selalu diawasi oleh bawahan anda. Segala tindak tanduk anda, sikap dan perilaku anda menjadi point amatan yang mengasyikkan buat para bawahan anda. Anda adalah topik yang paling asyik dibicarakan di kantin-kantin kantor, di toilet dan tempat bergunjing lain. Anda akan dengan mudahnya mendapat julukan “Om-Do” (Omong Doang) apabila anda memang lebih banyak bicara daripada mepraktekkan apa yang anda katakan. Dan mereka dengan mudah mengidentifikasi apakah anda seorang BOSS atau LEADER. Seorang Boss akan selalu meminta dan memerintah sedangkan Leader akan lebih pada membimbing, mengajak dan memahami.

Pembelajaran

Kita sering meminta orang lain melakukan sesuatu yang baik dan penting tapi sesering itu pula kita lupa bahwa kita-pun juga harus dapat menjadi contoh dari apa yang kita minta mereka untuk lakukan.

Anda punya hak untuk bersikap apapun terhadap karyawan anda karena itu adalah hak anda sebagai manusia dan karyawan anda juga punya hak untuk punya persepsi tertentu tentang anda.
Keputusan sepenuhnya ada di tangan anda..

No comments: