Wednesday, April 11, 2007

Maaf

Malam ini saya dan beberapa teman menyempatkan untuk makan malam bersama di Kelapa Gading, kami memilih rumah makan yang cukup bersih dan ramai pengunjung, serta letaknya mudah dijangkau karena letaknya di pinggir jalan utama.

Sewaktu kami makan ternyata pesanan kami ada yang kurang memuaskan yaitu ikan bakar yang masih berbau "amis" dan sepertinya kurang matang maka saya dan teman-teman tidak memakan masakan itu dan hanya mencicipinya sedikit saja.Setelah selesai makan, teman saya meminta bon pembayaran dan ternyata keadaaan ikan yang masih "utuh" itu menarik perhatian pelayan rumah makan. Pelayanan tersebut dengan ramah bertanya," Apakah ikan bakar ini akan dibungkus ?" Teman saya sambil membayar bon menjawab," Tidak usah mas, karena ikan bakarnya masih amis".

Tak disangka ternyata jawaban teman saya itu disampaikan kepada pemimpin rumah makan dan kemudian dia mendekati kami sambil membawa uang kembalian pembayaran. Sewaktu pemimpin rumah makan itu mengembalikan uang kembalian, beliau menjelaskan proses memasak ikan bakar tersebut dan beliau meminta maaf karena ikannya ternyata masih berbau amis. Diluar dugaan pemimpin rumah makan itu mengembalikan uang pembayaran untuk ikan bakar itu. Jelas hal ini menjadikan kami kaget dan teman saya bilang," Tidak apa-apa pak, kami akan tetap membayar harga ikan itu". Namun pemimpin rumah makan tetap tidak mau menerima dan sekali lagi meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan karena pesanan kami tidak disajikan seperti seharusnya."Sungguh sikap yang luar biasa, dimana pemimpin tersebut berani mengakui kesalahan dan mengambil resiko dengan membebaskan biaya pemesanan serta meminta maaf secara terbuka,” pikir saya. Dan teman saya yang lain ternyata juga berpendapat sama dengan saya.

Perasaaan kagum masih menggayuti pikiran saya ketika kami meninggalkan rumah makan tersebut. Inilah pengalaman sederhana penuh makna. Seringkali seseorang sulit sekali mengakui kesalahan dan apalagi mengambil resiko dari kesalahan tersebut. Sikap yang sering ditunjukkan biasanya seseorang akan memberi bantahan jika mendapatkan kritikan dari orang lain dan kemudian membandingkan dirinya yang dikritik itu dengan orang lain pula.

Kekaguman, simpati, empati terjadi karena pemimpin rumah makan itu berani memberikan penjelasan dan dengan kerendahan menerima kritikan bahkan mengambil resiko akan "kesalahan" yang telah dilakukan. Penjelasan yang diberikan memberikan keterangan kalau pada dasarnya tidak ada kesalahan dalam proses pemasakan namun kalau ada ketidaknyamanan yang ditimbulkan maka mereka berani meminta maaf dan mengambil resiko dari kekeliruan ini, dengan demikian hidup menjadi lebih maju dan mengembirakan.

Hidup selalu penuh dengan penerimaan dan penghormatan dan dengan hal ini maka terjadi jalinan persaudaraan sehingga kepuasan dalam kebersamaan semakin dapat dirasakan. Hidup akan maju hanya dengan kerendahan hati dan keberanian mengakui kesalahan serta memperbaiki kesalahan itu.Semoga keteladanan dari pemimpin rumah makan itu ada dalam diri kita sehingga kita boleh selalu berdamai dengan apapun yang terjadi, baik pujian maupun kritikan orang lain.

Pelayanan yang baik akan memberikan kesan yang baik pula karena dalam pelayanan yang baik ada ikatan kasih yang mampu melahirkan kegembiraan dalam hidup.

Sumber tulisan: Irene, Divisi ITG Kantor Pusat

No comments: